NusantaraInsight, Makassar — Kurang bermedia sosial, lebih baik membaca buku. Begitu nasihat Dr Fadli Andi Natsif, SH, MH, dosen Fakultas Hukum dan Syariah UIN Alauddin Makassar, kepada murid-murid SD Negeri Borong, Sabtu, 21 Oktober 2023.
Akademisi yang mengaku sebagai pembeli buku, pembaca buku, dan penulis buku itu, hadir di Perpustakaan Gerbang Ilmu SD Negeri Borong, atas undangan Bunda Pustaka SD Negeri Borong. Fadli Andi Natsif hadir sebagai narasumber “Workahop Berbagi Pengalaman Membaca Buku”.
Kegiatan ini diadakan Bunda Pustaka dalam rangka Hari Perpustakaan Internasional, yang diperingati setiap tanggal 18 Oktober. Bunda Pustaka sejak beberapa tahun aktif menumbuhkan budaya kegemaran membaca, sebagai upaya mendukung Gerakan Literasi Sekolah.
“Saya punya ciri selalu membawa buku. Kalau datang ki ke rumah saya, mulai dari ruang tamu sampai ke kamar tidur, pasti kita lihat rak-rak buku,” kata Fadli Andi Natsif di depan murid-murid, Bunda Pustaka, dan beberapa guru SD Negeri Borong.
Alumni Fakultas Hukum Unhas itu memang sudah menyediakan budget untuk membeli buku setiap bulan. Dia pun menyarankan, sebaiknya selalu membaca buku. Buku apa saja, sesuai yang diminati. Bisa mulai membaca 5 sampai 15 menit, yang ringan-ringan. Jadikan buku sebagai teman, dan aktivitas membaca sebagai hobi yang menyenangkan.
“Kalau suka baca komik, itu yang dibaca. Kalau tidak ada buku di rumah, bisa membaca di perpustakaan,” lanjutnya.
Pengurus Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan itu, lalu mengajak anak-anak di depannya untuk tidak menghabiskan waktu hanya bermain game. Selingi lagi dengan membaca. Karena, katanya, kemampuan literasi itu berkaitan dengan membaca, menulis, mendengar dan berbicara.
“Kalau rajin ki membaca, kita jadi caradde, jadi pintar, dan punya wawasan,” terang Fadli Andi Natsif.
Meski diakui bahwa dia jarang memberikan materi bagi anak-anak Sekolah Dasar. Karena sebagai dosen, lebih sering bersentuhan dengan mahasiswa. Namun, dia terlihat cukup komunikatif. Beberapa kali dia melontarkan pertanyaan, untuk berinteraksi dengan anak-anak itu, dan dijawab pula oleh anak-anak yang rerata kelas 3 dan kelas 4.
Misalnya, saat dia bertanya, “Tahu Messi, dari mana Messi?” Anak-anak menjawab, “Pemain sepak bola dari Argentina.”
Dia balik bertanya, “Tahu Christiano Ronaldo, dari mana dia?” Serentak anak-anak menjawab, “Pemain bola dari Portugal.”
“Terus, kalau Ramang, kita tahu siapa dia?” Tidak ada anak yang menjawab. Fadli Andi Natsif lalu menyampaikan, di sinilah pentingnya kita membaca. Ramang, kata Fadli Andi Natsif, merupakan pemain PSM Makassar, yang tentangannya keras.