NusantaraInsight, Makassar — “Bahasa itu bukan cuma alat komunikasi, tapi jendela ilmu, jendela budaya dan identitas. Dari bahasa, kita bisa mengetahui sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan identitas seseorang,” jelas Prof Dr Hj Gusnawaty, M.Hum, Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas).
Prof Gusnawaty menyampaikan hal itu di hadapan guru-guru peserta “Optimalisasi Pengajaran Bahasa Makassar untuk Guru SD dan SMP di Kabupaten Gowa”. Kegiatan Departemen Sastra Daerah, FIB Unhas ini bertempat di Kampung Rewako, Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Sabtu, 25 November 2023.
Prof Gusnawaty menyadari, meski bahasa itu penting tapi ada banyak problem. Apalagi terkait dengan pembelajaran bahasa daerah. Sehingga, pada hari itu, dosen dan guru duduk bersama mendiskusikan bagaimana mengoptimalisasi pengajaran bahasa daerah, khususnya bahasa Makassar.
Menurutnya, dosen harus beraktivitas di luar kampus karena itu merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat, salah satu dari Tridarma Perguruan Tinggi. Dalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudristek RI, kegiatan yang dilakukan sekaligus merupakan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU), yang mengutamakan dosen berkegiatan di luar kampus.
Ketua Panitia, Dr Sumarlin Rengko, M.Hum, mengakui persiapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terbilang singkat. Namun, diharapkan terjadi pertukaran ide antara narasumber dan peserta. Juga ada pengetahuan dan metode pengajaran bahasa Makassar yang dibawa oleh para dosen.
“Outputnya, guru-guru diharapkan semakin terampil dalam pengajaran bahasa Makassar. Sehingga, pelestarian bahasa Makassar akan terwujud,” papar Surmarlin Rengko.
Labbiri, S.Pd, M.Pd, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Makassar Kabupaten Gowa, menyampaikan bahwa pengabdian kepada masyarakat oleh kampus menjadi laboratoroum bagi guru. Program ini, dinilai luar biasa, karena merupakan upaya merevitalisasi bahasa daerah Makassar di Gowa. Sehingga, kegiatan ini didukung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa.
Pengurus Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) Sulawesi Selatan itu meyakini, bila kegiatan ini diintensifkan maka akan memberi penguatan bagi guru-guru bahasa Makassar di tengah arus globalisasi. Di Gowa sudah ada kebijakan wajib berbahasa Makassar pada setiap hari Jumat. Namun, metode pembelajaran yang efektif perlu terus diupayakan.
Basiah, SS, MA, yang tampil membawakan materi naskah Lontaraq, menyampaikan bahwa pembelajaran bisa dimulai dengan menyimak, seperti orang yang belajar mengaji. Bisa juga menggunakan rupama atau cerita rakyat dan sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah itu antara lain berupa manuskrip, yakni tulisan tangan yang jadi kajian filologi. Di manuskrip itu kaya dengan sumber-sumber pengajaran dan khazanah lokal, sebagaimana ditemukan dalam naskah-naskah kuno, di antaranya Lontaraq.