“Ayah” Prof Jasruddin jadi Pembeda di Acara Wisuda Unpacti Makassar

Bukan itu saja, lanjutnya, kompetisi Global di dunia kerja saat ini bersifat global, dengan persaingan yang tidak lagi terbatas pada lokal tetapi mencakup tenaga kerja dari berbagai negara.

“Kemampuan berbahasa Inggris dan pemahaman lintas budaya menjadi aset penting untuk bersaing di tingkat internasional,” sebutnya.

Ia juga menyinggung ketahanan terhadap otomatisasi dan beberapa pekerjaan rutin telah tergantikan oleh otomatisasi dan robotik, menciptakan tekanan untuk mencari nilai tambah manusia dalam pekerjaan. Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, empati, dan inovasi lebih sulit digantikan oleh mesin, sehingga lulusan harus mampu mengasah kemampuan ini.

“Di era big data saat ini, perusahaan membutuhkan individu yang mampu menganalisis data besar dan menyaring informasi penting untuk mendukung pengambilan keputusan. Namun, keamanan data menjadi isu kritis, menuntut lulusan memahami dasar-dasar keamanan siber dan etika dalam pengelolaan data,” papar Prof Jasruddin.

Prof Jasruddin juga mengingatkan bahwa sebagai institusi pendidikan, PTS harus memfokuskan diri pada empat aspek utama, yaitu:
Peningkatan Kurikulum Berbasis Digital dan AI, kurikulum harus mencakup pemrograman, analitik data, dan pengelolaan sistem berbasis AI, Mata kuliah berbasis proyek dapat mengintegrasikan teknologi terkini sehingga mahasiswa belajar secara praktis dan aplikatif, penyediaan pelatihan khusus yang berfokus pada keahlian teknis seperti coding, pengolahan data, dan pengelolaan aplikasi berbasis AI, pengembangan Soft Skills dan Kecerdasan Emosional
Keterampilan komunikasi, pemecahan masalah, dan kemampuan bekerja dalam tim menjadi pelengkap hard skills.

BACA JUGA:  Ombudsman Apresiasi Standar Pelayanan Disdik Sulsel

Ia juga menambahkan lagi, agar program pelatihan dan workshop yang melatih kecerdasan emosional untuk meningkatkan kapasitas adaptasi lulusan di lingkungan kerja yang dinamis.

Bukan itu saja, bebernya, simulasi pekerjaan melalui magang, praktik kerja, dan kolaborasi proyek nyata dengan industri.

“Dan menjalin kemitraan dengan Industri, baik itu dengan perusahaan teknologi, start-up, dan sektor lain untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi mahasiswa. Kolaborasi ini dapat mencakup program magang, proyek riset bersama, dan mentoring profesional dari industri,” terangnya.

“Bukan itu saja, penyusunan kurikulum bersama pihak industri untuk memastikan keterkaitan antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja, peningkatan Inovasi dan kewirausahaan serta mendorong pengembangan inkubator bisnis dan start-up berbasis kampus untuk menanamkan semangat kewirausahaan pada mahasiswa,” sebutnya.