NusantaraInsight, Jeneponto — Sebanyak 48 guru dari berbagai sekolah di Jeneponto, mengikuti Lokakarya pertama Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9 tahun 2023.
Selain calon guru penggerak, kegiatan yang berlangsung di SMP Negeri 9 Binamu, Jeneponto itu, dihadiri juga sejumlah kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Hadir pula pendamping/ fasilitator dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan : Suryani SE MM, Sitti Hajrah SPd MPd, dan Irma Yuianti Adnan SE.
Peserta lokakarya dibagi tiga kelas. Mereka dipandu oleh dua pengajar praktik angkatan 6 di setiap kelas.
Calon guru penggerak yang telah mengikuti pembelajaran sebulan itu berbagi pengalaman belajar dalam lokakarya yang berlangsung sehari penuh itu.
Seorang peserta dari SMPN 9 Binamu mengatakan, pengalaman belajarnya sebulan penuh memberi motivasi yang sangat luar biasa. Salah satu poin pentingnya adalah, setiap orang harus mau berkolaborasi dan berbagi.
Peserta lainnya dari SDN Rumbia mengaku, sejak ikut pembelajaran sudah terbiasa belajar hingga larut malam. Itu karena waktu membacanya menjadi lebih banyak dianding sebelumnya.
“Kabiasaan begadang belajar hingga larut malam itu berpengaruh positif terhadap tubuh saya,” katanya berseloroh.
Peserta dari SMA Negeri 7 Jeneponto juga mengaku, dalam sepekan setelah kegiatan progran pendidikan guru penggerak, terjadi banyak perubahan dalam aktivitasnya di sekolah.
Selain kisah calon guru penggerak, kepala sekolah juga berbagi pengalaman terkait keberadaan guru penggerak di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala SMAN 7 Jeneponto mengatakan, kehadiran calon guru penggerak di sekolahnya membuat suasana di sekolah lebih dinamis. Mereka benar-benar bergerak dan menggerakkan aktivitas.
“Banyak aktivitas di sekolah yang digerakkan oleh calon guru penggerak,” kata guru senior yang lebih akrab disapa Karaeng dalam berkomunikasi dengan peserta dan pendamping itu.
Selain pujian, dia mengemukakan kritikannya, karena guru penggerak yang sudah banyak mewarnai kegiatan di sekolah ternyata dimutasi ke sekolah lain.
Kepala SMA Negeri 13 Tamalatea Asmardi yang merupakan kepala sekolah termuda di Bumi Turatea membagikan pengalaman sekaligus nasihat kepada calon guru penggerak.
Dia mengatakan, kehadiran guru penggerak di setiap sekolah harus diberi ruang yang lebih luas untuk berkreasi. Itu karena guru penggerak adalah agen perubahan di sekolah tempatnya mengabdi.
Salah satu parameter kehadiran guru penggerak di sekolah adalah terjadi perubahan dalam proses belajar di ruang kelas.
Dia berpesan agar guru penggerak menghilangkan persepsi yang menyebut ada yang sekadar mengejar status guru penggerak. Dan itu butuh konsistensi dalam melakukan praktik di dalam kelas.