Oleh sebab itu, kalimat yang baku jika merujuk pada contoh yang disebutkan itu adalah:
“Acara berikutnya, sambutan Ketua ORW X, kami menyilakan Bapak Dody naik ke mimbar (atau ke depan)”.
Menyimak analisis ini, tentu saja kalimat ‘waktu dan tempat kami persilakan’ menjadi rancu dan kacau. Bisakah kita menyuruh waktu dan tempat? Pembawa acara yang benar seharusnya menyilakan Ketua ORW X, bukan kepada “waktu dan tempat” yang tidak logis.
Kesalahan penggunaan kalimat seperti ini dapat kita dengar pada setiap acara selalu berulang dan tidak ada yang mengoreksinya karena mungkin tidak penting atau audiens mengerti dengan kalimat itu. Padahal, dalam hal ini bagaimana kita menggunakan bahasa itu berdasarkan logika, bukan sekadar dimengerti secara salah menurut tata bahasa.
Contoh kedua pada awal perkuliahan saya adalah penggunaan kata “merubah” yang banyak kita dengar ketika orang berwacana verbal (lisan). Kata ini digunakan karena pembicara ingin menggunakan sinonim lain, kata ‘mengganti’.
“Kata /merubah/ jika diurai berasal dari kata dasar dan memperoleh awalan apa?,” saya bertanya kepada para mahasiswa dengan pancingan untuk melahirkan pertanyaan berikut.
“Berasal dari kata dasar /rubah/’ yang mendapat awalan /me/,” jawab mereka.
“Betul mendapat awalan /me/. Sekarang, apa makna kata /rubah/?,” saya balik bertanya dan mereka sejenak diam. Kelas hening. Mungkin mereka baru menyadari sudah merasa ada dan menemukan kesalahan.
“Sejenis serigala, Pak,” jawab salah seorang mahasiswa pria yang duduk di pojok belakang.
“Kalau ‘merubah’?,” kejar saya.
Kelas kembali hening. Mungkin mereka berusaha menemukan jawaban yang tepat. Atau boleh jadi baru menyadari kekeliruannya sering menggunakan kata ‘merubah’ dalam komunikasi sehari-hari.
Awalan /me/ memiliki fungsi utama: menunjukkan proses atau aktivitas: mencuci, menulis, memasak. Menunjukkan hasil atau hasilnya: memecahkan, membuka, menutup. Menunjukkan perubahan keadaan: membesar, mempercepat, memperlemah. Dalam hal penggunaan kata /merubah/ itu, kita dapat artikan sebagai mengindikasikan perubahan bentuk. Bentuk yang baku adalah dari /merubah/ adalah /mengubah/.
“Jadi kalau /merubah/ mengindikasikan perubahan bentuk menjadi apa?,” pancing saya lagi.
“Saya mengharapkan Bapak merubah niatnya pensiun dini, bagaimana memaknai kalimat ini?,” para mahasiswa kembali diam.
Kalau kita merujuk pada makna ‘mengindisikan perubahan’, itu berarti “kita mengharapkan Bapak” itu mengindikasikan menjadi rubah (serigala) atau ‘membuat jadi’ serigala. Bayangkan seseorang kita harapkan harus mengubah dirinya menjadi serigala hanya karena kita salah kaprah menggunakan diksi /merubah/. Mendengar penjelasan saya, para mahasiswa terdiam.