Passapeda yang dia maksud, adalah komunitas sepeda, yang sesekali berombongan masuk Lakkang, Di satu sisi, dia senang ada pembeli singgah, tapi di saat yang sama dia kelabakan melayani mereka dalam jumlah relatif banyak.
Perlu dibuatkan glamping agar wisatawan bisa nginap menikmati sunrise dan sunset di pulau, melengkapi homestay dan gues house yang dikelola secara profesional. Saya yakin, ada banyak spot-spot indah yang dapat disuguhkan. Pemandangan pulau ini yang indah masih perlu dieksplor lagi. Buktinya, ketika kami pulang menjelang sore hari, kami melihat serombongan bangau putih yang terbang rendah dan turun di tambak warga. Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan. Dengan kamera smarphone, saya mengabadikan burung-burung berleher panjang dan berkaki jangkung itu.
Restoran apung dengan kuliner tradisional, yang dikelola pelaku UMKM setempat, juga bisa jadi daya tarik tersendiri. Supaya wisatawan merasakan pengalaman berbeda, ada paket workshop pembuatan kerajinan dari bambu dan daun nipah, yang memang banyak tumbuh di sini. Semua paket wisata ini dirancang berbasis masyarakat dengan mengedepankan kearifan lokal, dan tentu saja mesti berkelanjutan. Pasokan listrik sebagai sumber energi warga, sudah mesti beralih ke pemanfaatan panel-panel surya.
Singkatnya, Lakkang dan sekitarnya bisa digunakan sebagai laboratorium wisata berkelanjutan, yang menjadi bagian integral dari program inovasi mobilitas berkelanjutan. Wisata berkelanjutan merupakan konsep wisata yang memperhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Posisi Lakkang yang berada di belakang Unhas, mesti menjadi nilai plus. Sebab, sudah terbangun tradisi ilmiah yang dilakukan para peneliti, termasuk mahasiswa Unhas, yang mengadakan kajian dengan memenfaatkan alam lingkungan dan warga Lakkang sebagai objek.
“Saya ke Lakkang untuk penelitian tentang pengelolaan sampah oleh warga. Mereka punya Bank Sampah, tapi tidak ada pengelolanya. Juga tidak ada pengangkutan sampahnya, dan TPS 3R, yakni tempat pengolahan sampah berbasis prinsip reduce, reuse, dan recycle,” papar Nur Khumaerah Aulia, Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas, yang saya jumpai di atas perahu.
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, angkatan 2018, itu tengah menyusun skripsi untuk merampungkan studi sarjananya (S1). Sepanjang yang saya ketahui, telah banyak kegiatan dan kajian yang dilakukan di Lakkang ini. Makanya, ada banyak rencana yang sudah dilontarkan, salah satunya pengembangan techno park atau taman teknologi, yang idenya dicetuskan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Makassar. Apa pun itu, aspek ekologis di kawasan rekreasi ini sangat penting untuk mengutamakan pelestarian alam dan lingkungannya.