Pada tahun 2009 Allah kembali mempertemukan saya dengan ust Hizbullah dalam 1 pesawat menuju Ambon ust. Hizbullah kembali ke tempat tugasnya di Bula SBT dari Sinjai jenguk orang tuanya, sedangkan saya pulang kampung di gorom SBT jenguk orang tua. Mungkin berkah orang tua, kami bisa dipertemukan. ust. Hizbullah kembali dari jenguk orang tuanya di Sinjai, sementara saya pulang kampung jenguk orang tua di gorom. Seperti kata orang bijak “Untuk membentuk sebuah pasukan yang kuat, aku membutuhkan 1.000 bala tentara. Tetapi, untuk membentuk jiwa yang hebat, aku hanya membutuhkan seorang ibu dan ayah.” ~ kata bijak
Dari situ kami kembali berpisah, saya melanjutkan perjalanan ke gorom jenguk orang, lalu ke fakfak Papua Barat silaturrahmi dengan guru-guru saya di SMP dan SMA se-waktu sekolah di Fakfak dari Fakfak saya kembali ke Makassar. Sedangkan ust. Hizbullah turun di Bula tempat ia bertugas sebagai seorang Da’i penyebar kebaikan “Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang.” ~ Imam Syafi’i
Pertemuan dan Perpisahan saya dan ust. Hizbullah di tahun 2009 itu adalah perjalanan panjang yang penuh makna, sepanjang perjalanan waktu yang melibatkan ilmu dan rindu yang membentang diatas saja cinta dan ukhuwah karena Allah. pertemuan saya dan ust. Hizbullah adalah kilas balik kebijaksanaan dalam kebersamaan kami yang menyatu dalam satu rasa, satu asa, satu dahaga. Namun, perpisahan saya dan ust. Hizbullah juga menggambarkan bagian dari perjalanan hidup yang harus berhadapan dengan satu keberanian, satu tekad bahwa akan kembali bertemu dalam satu ikatan ukhuwa karena kami adalah saudara “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, ……” ~Al Hujurat ayat 10.
Pada pertemuan dan perpisahan saya dan ust. Hizbullah membentang jarak seiring waktu, mengungkap keindahan kisah saya dan ust. Hizbullah yang tak dapat terukir dengan kata-kata. Karena kami sadar bahwa setiap pertemuan adalah membuka lembaran kehidupan yang diwarnai oleh cahaya ilmu, seolah membuka tirai rahasia yang menyimpan hikmah-hikmah kehidupan yang pernah kami jalani bersama. Saat rindu membentang seperti perjalanan yang tak terhingga, cinta dan ukhuwah kami menyatu dalam ikatan yang disucikan oleh Allah.
Dan perpisahan kami, seperti dedaunan yang berpisah dengan pohonnya, ada getaran yang mengingatkan akan keterbatasan dunia ini. Namun, di atas segala kerinduan dan perpisahan, terbanglah sebuah kasih yang terbangun di atas cinta kepada Sang Pencipta, menyatukan hati dalam ukhuwah yang tak pernah pudar, bahkan ketika jarak berpisah.