Refleksi Hari Janda Internasional 2025, Menghapus Stigma Merangkul Kemuliaan

Kita mesti belajar dari kisah-kisah perempuan hebat yang menjalani hidup sebagai janda namun tidak menyerah. Dari para ibu yang membesarkan generasi dengan tangan dan hati yang penuh luka namun tetap lembut. Dari para pejuang kehidupan yang diam-diam menjadi tulang punggung keluarga, pendidik anak-anaknya, sekaligus penggerak komunitasnya.

Hari Janda Internasional bukan sebatas seremoni pengingat. Ia adalah cermin bagi kita semua bahwa apakah kita sudah cukup adil? Sudahkah kita menciptakan lingkungan yang ramah dan aman bagi mereka yang kehilangan? Sudahkah kita menggantikan cibiran dengan doa, menghapus celaan dengan pelukan solidaritas?

Karena janda bukan aib. Mereka bukan kutukan. Mereka adalah manusia, perempuan yang mulia, yang hidupnya tak perlu dikasihani, tapi layak didampingi dan diberdayakan.

Mari jadikan 23 Juni bukan hanya hari peringatan, tapi hari perubahan. Saatnya kita membangun budaya yang lebih adil, empatik, dan memuliakan setiap perjuangan termasuk perjuangan para janda yang tak pernah menyerah menjalani hidup dengan segala keterbatasan namun penuh keberanian.

BACA JUGA:  Catatan Ngopi Asrul Sani Bukan Hanya Sekedar Tulisan