Oleh: Rusdin Tompo (penulis dan pegiat literasi)
“Saya senang ketika orang bisa menikmati karya saya.” Itu yang disampaikan Raodatul Jannah, saat kami pertama kali bertemu di Pelataran Sao Panrita, Jalan Malengkeri Raya, Parang Tambung, Makassar, penghujung September 2024.
Malam itu, saya diundang oleh Amir Hafid Rimba, dosen pembimbingnya, untuk bertemu dengan Raodatul Jannah dan dua temannya, Ainun Zariya (Shella) dan Nurul Irsan Asrul (Pado), guna membicarakan rencana pameran mereka, pada tanggal 28-30 Oktober 2024 nanti. Perempuan asal Desa Bone, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, ini datang membawa dua karyanya berukuran 80 x 80 cm.
Setelah mengamati dua karyanya itu dari jarak kira-kira 2 meteran, saya katakan bahwa satu karyanya menggambarkan gajah, yang satunya berupa harimau. Karya string art perempuan kelahiran Sungguminasa, 24 Mei 2000, yang hobi nonton dan suka mendengarkan musik itu, bergaya pop-art, dengan warna-warni mencolok dan kontras. Popular art atau pop-art, merupakan aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual dari media massa dan media sosial.
Seni pop ini berkembang sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat dan Inggris. Istilah pop-art diciptakan oleh Lawrence Alloway, kurator dan kritikus berkebangsaan Inggris, untuk menggambarkan bentuk seni baru yang terinspirasi dari budaya populer (pop culture), media baru, dan reproduksi massal. Seni ini muncul sebagai respons terhadap perubahan lanskap era pasca Perang Dunia II. Cirinya, antara lain, menggunakan objek-objek umum, menjadikan hal-hal biasa sebagai karya seni, serta memiliki warna-warni cerah dan mencolok.
Karya string art mahasiwa yang lahir di akhir milenium kedua ini—berdasarkan kalender Gregorian—mengingatkan kita pada Wedha Abdul Rasyid, seniman grafis yang karyanya rutin muncul di majalah remaja HAI. Wedha melukis dengan teknik yang disebutnya Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP) dan mempopulerkannya sejak tahun 1990. Objek gambar, pada teknik ini, dipecah sesuai faset wajah dan warna-warna beragam tetapi kemudian menciptakan harmoni warna yang unik dan menarik. Garis-garis pada objek itu bagai serpihan-serpihan mozaik, yang membawa kita pada aliran kubisme.
Terasa bahwa sebagai mahasiswa Semester XI, Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Raodatul Jannah, secara teknis sudah punya kematangan menarik benang smock dengan pola tertentu dari satu paku ke paku-paku lainnya di atas papan kayu berbentuk bujur sangkar. Benang-benang yang ditarik dari satu paku ke paku lainnya itu, menghasilkan bentuk-bentuk geometris, mentransformasikan objek asli menjadi objek baru dengan kualitas estetika yang mencirikan perupanya.