4. Pada saat yang sama, Inpres No 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Pemerintah mendorong pengetatan belanja operasional, yang dalam jangka pendek menahan laju perputaran fiskal daerah. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan sektor ekonomi terkait mengalami hambatan diantaranya sektor penyediaan akomodasi dan makan minum seperti Hotel dan Restoran serta transportasi.
Terdapat prospek positif yang dapat memicu pemulihan ekonomi:
1.Produksi katoda tembaga mulai dilakukan di smelter sebagai hasil hilirisasi, berpotensi meningkatkan ekspor produk olahan.
2.Efek dari hilirisasi tembaga diharapkan memunculkan industri hilir seperti industri kabel, industri pupuk dari hasil sampingan produksi tembaga yang tentunya akan memacu perekonomian daerah.
3.Perdagangan dalam negeri yaitu asam sulfat yang dikirim dari NTB pada Maret 2025 sebesar 37.602 ton ke Gresik. Asam sulfat merupakan produk sampingan yang bernilai ekonomi (misalnya untuk pupuk atau industri kimia) dari proses pengolahan bijih logam di smelter.
4.Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menciptakan permintaan besar terhadap produk pangan lokal, memacu perputaran dana pada sektor transportasi terkait distribusi MBG.
5.Efek multiplier dari MBG akan meningkatkan uang beredar di masyarakat, uang belanja konsumsi masyarakat yang awalnya dialokasikan untuk makan dapat dialihkan menjadi konsumsi lainnya.
6.Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian sebesar 10,28% pada triwulan I 2025 dipicu peningkatan produksi jagung di NTB. Pertumbuhan sektor pertanian ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama 4 tahun terakhir. Sektor tersebut menyerap tenaga kerja di NTB sebesar 32,50% (Februari 2025).
Peningkatan produksi padi dan jagung sebagai sinyal kesiapan sektor pangan. Total potensi produksi pada triwulan I 2025 diperkirakan mencapai 395,65 ribu ton GKG atau mengalami peningkatan sebesar 141,09 ribu ton GKG (55,43%) dibandingkan produksi padi pada triwulan I 2024 yang sebesar 254,56 ribu ton GKG. Selain padi, komoditas jagung juga mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan. Peningkatan signifikan ini salah satunya disebabkan karena pergeseran musim panen, dimana tahun ini panen sudah mulai pada bulan Maret.
7.Wisatawan mancanegra meningkat 25,30% menunjukkan potensi pasar pariwisata global pulih.
Jumlah tamu menginap di hotel meningkat 17 ribu orang dibandingkan triwulan I 2024 atau meningkat dari 409 ribu orang pada triwulan I 2024 menjadi 426 ribu orang pada triwulan I 2025 (meningkat 4,08%). Peningkatan jumlah tamu ini hanya terjadi pada tamu yang berasal dari luar negeri yang meningkat hingga 25,30%. Sementara itu, tamu yang berasal dari dalam negeri turun 4,24%.