Dr. Iwan menyarankan penggunaan indikator non-tambang untuk mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat NTB secara lebih adil dan nyata. Ini mencakup sektor pertanian, perdagangan, industri kecil, transportasi, jasa, serta konsumsi rumah tangga—sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di NTB (lihat Tabel).
Summary: Dinamika Pertumbuhan Ekonomi
Dalam diskusi grup whatsapp Alumni Universitas Mataram, Rabu (28/05) lalu, Kepala BPS Prov. NTB Wahyudin, menyampaikan materi sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi pada triwulan I-2025 sebesar 1,47% (y-on-y) utamanya disebabkan oleh penurunan tajam pada sektor pertambahan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar -30,14%. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan tulang punggung utama perekonomian provinsi setelah sektor pertanian dengan share sebesar 16%.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB jika dilihat tanpa tambang mengalami pertumbuhan secara y on y sebesar 5,57% pada triwulan I 2025. Lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2024 sebesar 3,74% dan juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 yang mencapai 3,01%.
Hampir semua sektor pada triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor kontruksi, bahkan sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian NTB dengan share sebesar 23,24% mengalami pertumbuhan sebesar 10,28%.
Berikut penjelasan faktor-faktor kunci pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2025 mengalami kontraksi signifikan akibat:
1. Pertumbuhan ekonomi sektor tambang mengalami penurunan sebesar (-30,14%) pada triwulan I 2025 disebabkan penurunan produksi:
a. Implementasi hilirisasi
b. Adanya pembatasan ekspor konsentrat mentah pada awal tahun 2025
c. Kapasitas penyimpanan terbatas, smelter hanya bisa menampung 300ribu ton sehingga yang bisa diolah hanya sebesar 300 ribu ton, hal ini menyebabkan perlambatan produksi secara secara keseluruhan
d. Smelter baru masih dalam proses commision atau peningkatan kapasitas, sehingga belum mampu menyerap seluruh hasil tambang
e. Pada saat ini PT AMNT masuk pada tahap 8 di mana kandungan emas dan tembaga masih relative rendah
2. Efek dari larangan ekspor konsetrat tembaga menyebabkan ekspor NTB mengalami penurunan sebesar -41,05%
Ekspor luar negeri tercatat sebesar 17,45 juta USD pada triwulan I-2025 mengalami penurunan yang
cukup dalam dibandingkan dengan triwulan I-2024 yang tercatat sebesar 573,33 juta USD.
3. Sektor kontruksi mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,52% disebabkan realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan I-2025 belum berjalan