“Nyen Nawang”: Menertawai Kesedihan

Catatan Agus K Saputra

NusantaraInsight, Ampenan — Bertempat di Komunitas Teman Baca, Minggu, 15 Juni 2025, Sidzia Madvox menampilkan karya-karyanya. Bertajuk _Nyen Nawang: a solo art exhibition._ Berlangsung hingga 22 Juni 2025.

Tercatat ada 17 (tujuh belas) karya lukis dan 4 (empat) karya instalasi. Hasil pergulatan Sidzia sepanjang tahun 2025. Rinciannya adalah:

Karya Lukis:
01. Bukan Bayi Biasa
02. Konten Ngising
03. Penari Musim Kemarau
04. Sampah Rezeki
05. Menuntut Keadilan
06. Sagitarius
07. Horeee! Ayah Pulang
08. Kasih Ibu Tak Tiada Tara
09. Seolah-olah Darmawan
10. Bara Api Kehidupan
11. Membuat Kue Bawang
12. Memperdaya
13. Mahluk Belum Diketahui
14. Minggat
15. Kolaborasi Tubuh
16. Keracunan Ikan Tongkol
17. Tersesat Di Pulau Biru

Karya Instalasi:
01. Rusa Teraniaya
02. Ikan Batu
03. Save My Soul
04. Mandi Tepung

Bagi Nirmala Decitra dalam hal ini sebagai kurator, “Aku melihat apa yang tersembunyi dalam kegelapan ialah serpih-serpihan diri yang menuntut untuk ditemukan bagi sebagian yang lain, itu bukan apa-apa. Akan tetapi itulah yang membuat segalanya berharga.”

BACA JUGA:  KADES

Semacam risau telah menghijau, tumbuh subur dalam rasa yang kabur. Sayangnya, cuaca terkadang tak dapat dibaca. Hanya mengira, hanya merasa, seakan kemarau itu membawamu turut serta menari seketika mengikuti suara semesta antara tawa luka dan tangis bahagia.

Tak semua orang bisa menjadi pendengar setia. Namun, lanjut Decitra, apa yang tertangkap, terperangkap dan terungkap dalam lukisan-lukisan ini membawa ingatanmu kembali pada kasih tulus: tubuh perempuan penuh luka, yang tak sanggup menatap keadaan dirinya tapi mampu membuatmu bersuara tanpa berbicara. Diam tidak bungkam. Itulah tiada tara sesungguhnya.

“Maka selepas ini, bara api menyala. Mantra-mantra bertaburan di udara menjaga setiap jiwa lelaki yang pulang mempersembahkan pelukan paling halus, paling lurus yang tak dapat ditembus anak panah sagitarius,” tulisnya.

Siapa yang tahu, pada akhirnya disitulah bermula. Siapa yang tahu dari lagu-lagu buntu, ia menemukan jalan baru.

“Dan siapa tahu setelah ini kamu menjadi tahu “menertawai kesedihan adalah cara agar tetap berpikir waras,” tutup Decitra.

BACA JUGA:  Semarak Sastra Cinta Bangsa di Kota Tua Jakarta

*Pengakuan Sidzia*

Dari 17 karya lukis, ada 8 lukisan (Bukan Bayi Biasa, Penari Musim Kemarau, Menuntut Keadilan, Sagitarius, Kasih Ibu Tak Tiada Tara, Membuat Kue Bawang, Memperdaya, Minggat) menjadi pusat “amatan”, yaitu wanita. Bagi Putu Eka Yudhistira aka Sidzia Madvox, wanita selama ini menjadi obyek. Makanya ada istilah _super woman, wonder woman_ yang lahir dari wanita tangguh.