Bedah Buku: Heterarki Masyarakat Muslim Indonesia

Heterarki
ki-ka: Prof. Dr. Atun Wardatun, Prof. Dr. Abdul Wahid, Prof. Dr. Nuriadi dan Dr. Saipul Hamdi

Nah dalam buku ini tidak membicarakan secara detil apa syarat menjadi penguasa. Harusnya dipertegas, sehingga peristiwa perpindahan kekuasan itu sifatnya selaras, equal dan berdasarkan konsensus kebersamaan.

Ketiga, persyaratan untuk persatuan di antara unsur-unsur itu apa? Definisi kuasi hegemoni itu seperti apa? Maka menurut Prof. Nuriadi syaratnya adalah harus ada ideolgi yang sama yang mempersatukan hal itu.

Keempat, dalam konteks masyarakat modern, kita ini adalah mayarakat yang hierarki yang heterarki sekaligus. Karena dalam suatu sistem atau lembaga ada hierarki yang terdiri dari otoritas, power dan legitimasi. Tidak selamanya diangkat sebagai person (misalnya Rektor) yang selama ini menjadi sub sistem di tempat itu, tetapi ada perpindahan, ada aturan sehingga menjadi hierarki yang heterarki. Artinya, yang dulu menjadi anak buah, sekarang menjadi penguasa dalam konteks yang sangat cair.

Kelima, pemikiran AW1 dan AW2 adalah pemikiran yang post strukturalis, tidak hanya keluar dari strukturalisme fungsionalis tetapi sekaligus pemikiran yang post strukturalis. Post strukturalisme itu adalah lawan dari strukturalisme. Strukturalisme itu adalah logos, kebenaran tunggal yang menjadi keniscayaan. Tetapi di buku AW1 dan AW2 ini ingin menyimpulkan bahwa konsep heterarki sudah keluar dan berusaha menawarkan pemikiran baru. (walau sebenarnya ini sudah cukup lama).

BACA JUGA:  Cerita Anak, Kurnia Effendi : Asupan Gizi Benak Sejak Dini

Keenam, ini adalah tawaran baru sebagai sebuah metodelogi. Seperti disebut Prof. AW2 dengan istilah autoetnografi analisis isi dengan dua istilah di dalamnya: insider (mereka berdua, orang-orang dari dalam berdasarkan pengalaman berbicara) dan speak out. Pertanyaanya kemudian adalah is this teory aplicable for outsider?

Pada bagian closing statemennts, Prof Nuriadi memberi catatan seperti ini:

1. Untuk bisa mendobrak dan melawan Sistem Hierarkis, Patriarkis, dan Feodalistik, maka pertama-pertama yang harus dibangun/dimiliki terlebih dahulu adalah Kesadaran Hiterarkis, lalu Paradigma Heterarkis, dan secara berkelompok membangun Sistem Heterarkis.

2. Faktanya, Heterarkis itu sudah pasti ada atau bersifat given di masyarakat secara umum. Namun secara lebih konkrit, ada kondisi masyarakat yang terpola dalam Heterarki yang Hierarkis dan pola ini muncul di daerah perkotaan, dan ada pula pola masyarakat yang Hierarki yang Heterarkis yang bisa ditemui di daerah pedesaan atau di masyarakat tradisional.

3. Terkait Collective Solidarity. Konsep ini bermula dari Emile Durkheim. Jika konsep ini sebagai wujud Quasi Hegemoni yang menjadi pengikat setiap unsur dalam sistem kuasa yang ekual/heterarkis itu, maka konsep cellective solidarity harus didedah lebih konkrit lagi, wujudnya seperti apa? Apa yang menyebabkan hadirnya kesadaran kolektif tersebut? Tawarannya, perlu ada ideologi atau sistem nilai-nilai luhur dan universal dulu yang dimiliki setiap individu dalam sistem sosial tersebut. Selain itu, khusus di perkotaan, adalah regulasi formal yang menjadi dasar pembentukan sistem heterarkis selain kesadaran bersama.