Karena kepedulian dan perhatiannya itulah membuat saya menitikkan air mata, saat acara peluncuran dan bedah buku “7342 Mengawal 115 Pulau” di Lapangan Golf, Tonasa 1, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Saya tak kuasa menahan keharuan teramat sangat, saat menceritakan sikap dan keputusan beliau yang tidak melakukan proses hukum terhadap seorang anggotanya yang lalai menaruh senjata api organiknya. Akibat kelalaiannya itu berujung fatal dan terpaksa harus dibayar mahal karena istri dari polisi itu tertembak anaknya sendiri hingga tewas. Anak yang berusia 9 tahun dan masih polos itu dirawat oleh para Polwan untuk pemulihan traumatisnya.
Yang membuat saya kagum, sengaja tanggal penerbitan buku itu disesuaikan dengan ulang tahun istrinya, Ibu Raden Sonia Hadijah. Dalam acara itu saya katakan, sebagai penulis buku, saya tidak pernah sengaja menghadiahkan buku yang saya tulis untuk istri saya. Sungguh luar biasa. Bahkan, dalam salah satu kesempatan berbincang-bincang dengan para sahabatnya dari Bandung, beliau secara berseloroh berkata kepada teman-temannya, “Biar saja buku saya tidak dibaca kamu, tapi saya mau mewariskan buku-buku itu untuk anak-anak saya.”
Harus diakui, saya dan teman-teman belajar banyak dari beliau. Kami berproses sebagai pekerja buku selama menulis dua bukunya. Pak Hidayat-lah yang secara tidak langsung memunculkan ide membentuk tim buku. Saya tadinya ragu, apa bisa mengerjakan bukunya begitu ditawari saat bertemu di MaRI. Apalagi, contoh tulisan yang disodorkan ke saya berbahasa Inggris. Sesuatu yang kurang saya kuasai. Namun, dengan membentuk tim, pengerjaan buku lebih bisa dikebut karena ada pembagian tugas di antara kami.
Selama menulis buku-buku Pak Hidayat, tentu ada banyak kenangan dan pembelajaran sebagai catatan kaki bagi saya pribadi. Sebagai penulis dan editor, saya—atau tepatnya kami—diberi keleluasaan untuk menulis buku ini. Koreksi dilakukan jika ada akurasi data dan informasi yang perlu diluruskan. Bahkan, kami dibantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Dan, harus diakui, sebagai penulis dan editor, saya dimanjakan oleh kemajuan IT yang membuat saya bisa mengakses sumber-sumber tulisan dengan mudah.
Begitulah sedikit hikayat di balik penulisan buku-buku Pak Hidayat. Sebagaimana hikayat, dalam buku ini kita bisa membaca pengalaman, semangat, serta kisah-kisah humanis, yang membuat kita respek pada sosok Mohammad Hidayat sebagai personel Polri yang profesional. Polisi yang kaya ide, inovasi dan terobosan. Polisi yang menikmati kerjanya sebagai passion dengan gaya entertainment. Polisi yang tahu citra Polri, maka ia berjejaring dengan banyak kalangan untuk bergerak bersama dalam kerja pemberdayaan. Polisi yang merawat hubungan baiknya dengan media massa agar kerja tak cuma jadi cerita tapi juga berita. Polisi yang paham makna pengabdian: Merah Putih, Jiwa Ragaku! (*)