Mualim, “Fotografer” Cilik di Pantai Losari

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Sulawesi Selatan)

“Om, berdiri ki di sini. Bagus fotonya kalau dari sini ki.”

NusantaraInsight, Makassar — Terdengar suara anak kecil dari arah belakang ketika saya hendak memotret ikon Pantai Losari dengan latar kapal Pinisi dan Masjid Kubah 99 Asmaul Husna.

Saya menoleh ke suara itu. Seorang anak laki-laki berkaos hitam, celana pendek, dan sendal jepit berdiri tak jauh dari saya, sambil menunjuk posisinya. Seolah ia meminta saya mundur beberapa langkah ke arahnya.

Saya lanjutkan memotret. Anak itu memperhatikan saya beberapa kali mengambil gambar. Ia lalu menawarkan diri.

“Mari saya foto ki, Om,” katanya.

Saya pun menyerahkan smartphone, yang tadi digunakan memotret kepadanya.

Anak itu lalu meminta saya berdiri agak di tengah. Dengan cekatan tangannya mulai menyentuh layar kamera pada smartphone saya.

Setelah itu dia meminta saya berdiri agak menyerong ke kiri. Selanjutnya dia mengarahkan saya untuk duduk, dengan posisi menghadap ke arahnya.

BACA JUGA:  Selain Kompleks Makam Raja-Raja Tallo, Ada Banyak Wisata Sejarah di Kecamatan Tallo

Sepertinya dia sudah hafal betul di mana angel yang menarik untuk berfoto di salah satu landmark Kota Makassar itu. Bahkan bukan hanya tahu di mana posisi terbaik untuk berfoto, tetapi juga bagaimana memotret yang bagus.

“Kenapa kita tahu, posisi untuk berfoto? Kita punya kamera?” Tanya saya sambil membiarkan dia menjempret diri saya dari arah yang disuka.

“Tidak ji, Om. Pake kameranya ji pengunjung,” jawabnya.

Saya memang tak melihat dia memegang HP. Hanya tas hitam yang diselempang.

Dia kemudian memperlihatkan hasil jepretannya.

Wah bagus. Sudut pengambilannya unik. Komposisinya pas. Dan tampaknya dia mengutak-atik fitur pada kamera. Itu terlihat dari latar belakang foto yang disetel agak blur.

Saya memujinya dan mengucapkan terima kasih. Tak lupa saya berikan selembar Rp10.000.

Anak itu kembali meminta saya pindah ke arah kanan dari tulisan Pantai Losari. Katanya, dia mau mengambil gambar dengan latar masjid yang lebih menonjol.

Setelah dia memotret, saya kembali memeriksa hasil kerjanya. Lagi-lagi saya memujinya dan menyampaikan terima kasih.

BACA JUGA:  Penataan Ruang dan Perencanaan Wilayah, Butuh Perspektif dan Visi Ramah Anak

Ahad sore itu, 24 Agustus 2025, cuaca Kota Makassar begitu bersahabat. Pengunjung di Anjungan Pantai Losari tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa bule dan turis lokal. Saya sempat berinteraksi dengan mereka di Losari yang hari itu tampak bersih.

Suasana nyaman itu yang membuat saya tergerak memotret. Sembari mengisi waktu, sebelum berbagi pengalaman menulis dengan Perempuan PGRI Sulawesi Selatan di atas kapal Pinisi.