Dari balik jendela Teman Bus, ada suasana berbeda yang saya rasakan. Makassar terlihat rimbun, hijau. Mungkin karena rute yang dilewati bukan jalur yang biasa kami lalui.
Keseruan masih berlanjut di dalam Teman Bus. Saya bercerita pengalaman berlangganan pete-pete angkutan kampus Unhas. Saya dimintai tolong mencari mahasiswa yang mau berlangganan pete-pete oleh seorang sopir yang biasa kami sapa Pak Aji.
Teman-teman tentu saja senang. Artinya mereka tak harus berlama-lama menunggu pete-pete di pinggir. Bahkan diantar-jemput sampai depan rumahnya. Ketika saya sampaikan bahwa selama 3 tahun saya dapat tumpangan gratis, dengan spontan mereka bertepuk tangan.
Mendengar cerita saya, ada yang bertanya, berapa ongkos pete-pete kala itu. Saya bilang, masih Rp200. Lalu ada yang bertanya lagi, apakah pernah tarif pete-pete dinaikkan? Saya jawab, pernah. Naik dari Rp200 menjadi Rp250, yang mengakibatkan munculnya aksi protes dan demonstrasi. Peristiwa Amarah (April Makassar Berdarah) berawal dari aksi menolak kenaikan ongkos pete-pete tersebut.
Yang lain kemudian bertanya, mana yang lebih murah, ongkos Damri atau pete-pete saat itu. Saya tak langsung menjawab, tapi saya bercerita, saat Damri masuk kampus Unhas, terjadi aksi demo oleh sopir pete-pete kampus. Sebagian mahasiswa lebih memilih berlangganan Damri karena kalau beli kupon sebulan, mereka mendapat potongan. Tentu saja itu lebih hemat dan menguntungkan.
Begitu tiba di MP, kami turun dari Teman Bus semula, lalu naik Teman Bus lainnya, rute MP-Barombong. Di dalam bus sudah ada penumpang umum, terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak mereka.
Salah satu dari ibu itu menyampaikan bahwa masih ada bus berikutnya. Itu setelah dia melihat ada rombongan kami, peserta Riding With Stories, yang tidak kebagian tempat duduk. Saya, lagi-lagi sotta, menyampaikan program MIWF yang unik ini tapi dengan gaya bercanda. Saya sampaikan, kami ini fans, yang tidak mau berpisah dengan penyanyi andalan: Elmatu.
Ibu itu menyela, bahwa Elmatu mirip Glenn Fredly. Kami semua tertawa. Elmatu pun membawakan lagu-lagu dari penyanyi, pencipta lagu, dan produser yang mengusung irama jazz, funk, pop, dan soul itu. Dia juga membawakan lagu hits dari Mahalini dan Raim Laode.
Teman Bus berubah jadi semacam arena konser, setelah Elmatu mempersilakan mereka me-request lagu yang akan dinyanyikan. Tersebutlah nama grup asal Yogyakarta, Sheila On 7. Maka beramai-ramai kami bernyanyi sepanjang perjalanan. Seorang ibu terlihat video call menyampaikan keseruannya di dalam Teman Bus. Ibu satunya lagi nyelutuk, kalau begini serunya, biar bolak-balik MP-Barombong dia mau hehehe.