Menulis dalam “Tidur”

“Literary journalism” hingga semester kedua 2024 merupakan mata kuliah pilihan di Departemen Sastra Indnesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang mungkin tidak ditawarkan pada Departemen Ilmu Komunikasi/Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliitik (FISIP) Unhas. Mata kuliah ini merupakan “warisan” almarhum Kak M.Anwar Ibrahim, salah seorang yang menjadi mentor jurnalistik saya pada tahun 1970-an. Beberapa tahun lalu, Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia (UMI) juga sudah mulai menawarkan mata kuliah ini kepada para mahasiswanya. Entahlah sekarang karena sejak tiga semester terakhir ini saya tidak lagi menjadi dosen luar biasa di universitas ini.
Mata kuliah ini ditiadakan di FIB Unhas mulai 2025. Saya juga tidak paham alasan penghapusan mata kuliah ini, padahal Unhas boleh jadi perguruan tinggi pertama yang mengajarkan mata kuliah ini justru pada mahasiswa Fakultas Sastra (Ilmu Budaya). Banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut akhirnya menjadi pekerja pers di media-media andal di luar kampus. Ini sangat relevan dengan perkembangan media daring sekarang ini sebagai dampak perkembangan terkini.

BACA JUGA:  Sorot Gebrakan Pj Gubernur Bahtiar Baharuddin

Mahasiswa yang saya ajar pada mata kuliah ini sudah banyak menjadi wartawan di berbagai media. Mereka itu kemudian menjadi contoh “success story” (cerita sukses) alumni yang sering diundang pada setiap ada penilaian akreditasi Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas. Bahkan belasan tahun lalu, saat meliput satu kegiatan di Kabupaten Enrekang, saya didatangi oleh seorang pemuda yang langsung berjabat tangan.

“Saya mahasiswa peserta Jurnalistik Sastra yang bapak ajar,” katanya ketika masih menggenggam tangan saya.

Dalam tidur

Meskipun tidak menjelaskan kepada teman itu perihal resep menulis, kebanyakan waktu saya gunakan untuk menyelesaikan tulisan pada malam hari. Terkadang istri saya yang biasa tidur di depan TV di lantai satu rumah kami bergabung ke kamar tidur di lantai dua, kaget melihat saya masih duduk di depan laptop.

“Saya kira sudah tidur?,” begitulah kalimat yang rada terdengar klise saat menemukan saya asyik menulis antara pukul 01.30-02.00 dinihari.

Mengalirnya gagasan saya menulis lewat Tengah malam ini, mungkin didukung oleh suasana. Selain suasana sepi dan hening, juga di kamar tidur, saya sudah ‘bangun” tiga rak buku (masing-masing satu rak berisi lima baris buku dan setiap baris berisi 40-50 judul buku, tergantung tebalnya. Di belakang baris depan masih ada jejeran buku yang tersembunyi yang untuk membaca dan melihat judulnya, saya harus ‘mengungsikan’ baris di depan. Capek juga). Buku-buku yang ada di kamar tidur ini merupakan referensi yang setiap saat saya selalu gunakan.