Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Satupena Sulawesi Selatan)
NusantaraInsight, Makassar — Aktivitas dan keterampilan menulis menjadi modal dasar bagi banyak pekerjaan dan profesi. Menulis bisa kita lakoni sebagai hobi, bahkan sebagai profesi. Dengan menulis, kita menjadi kreatif dan terbiasa bekerja secara mandiri. Demikian dikemukakan Rusdin Tompo, penulis dan pegiat literasi, dalam kegiatan Workshop Seni yang diadakan Lembaga Sketsa Himpunan Mahasiswa (HIMA) Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Kegiatan bertema Workshop Inspiratif Menambah Wawasan Berkreasi di Era Baru ini, dilaksanakan di Saung Bambu “Monggo Daeng”, Jalan Rappocini Raya, Makassar, Sabtu-Minggu, 11-12 Mei 2024.
Rusdin Tompo, membawakan materi seni sastra, dengan judul “Menjadi Kreatif dengan Menulis”. Pembicara lainnya, yakni Bahar Merdhu (materi seni teater), Nurul Inayah Aniskamah, S.Pd, M.Sn (materi seni tari), Bambang Gunawan (materi seni musik), dan Muh Alwi Kozazi Safar (materi seni cinematography dan desain). Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan itu mengatakan, tak cukup hanya punya ilmu bagaimana menulis jika tidak dilaksanakan. Menulis itu praktik yang harus diwujudkan, apa pun yang kita tulis.
“Sama kalau kita punya bahan untuk bikin kue. Sudah ada tepung terigu, telur, mentega, dan gula. Namun, kalau mager, malas gerak untuk membuatnya, ya kue tidak jadi,” katanya memberi contoh sederhana.
Menurutnya, untuk bisa menulis harus berani memulai. Soal mahir, itu nanti berproses. Juga bagaimana gaya penulisan kita, genre apa yang akan kita pilih, serta berbagai model pengembangan kepenulisan lainnya, itu akan berkembang seiring waktu. Memulai tulisan pun bisa diawali dengan hal-hal sederhana, juga kejadian-kejadian yang dialami dalam hidup. Marah, kecewa, sedih, rindu, patah hati, semuanya bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.
“Kita bisa mengubah rasa sedih dan cinta yang tidak kesampaian dalam bentuk karya sastra, seperti puisi, cerpen, atau novel,” kata Rusdin Tompo menyemangati peserta, sembari memberi contoh penyair Lebanon, Kahlil Gibran, yang menjalani cinta platonis, tapi kemudian melahirkan puisi-puisi hebat.
Mantan jurnalis radio yang juga kerap jadi pembicara isu media itu, lalu sedikit membahas soal era baru atau new era, yakni suatu istilah yang muncul pasca dunia dihantam pandemi Covid-19. Dikatakan, era baru itu paling terasa pada lompatan aktivitas yang berbasis digital. Misalnya, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menggunakan aplikasi zoom meeting, dan masifnya produk konten dalam berbagai platform digital, perilaku dan gaya hidup orang yang berubah dalam transaksi ekonomi dengan berbelanja lewat marketplace, dan lain sebagainya.