Bukti pentingnya komunikasi publik ini bisa kita saksikan pada aktor politik, presenter, influencer, selebritas yang wara-wiri di panggung hiburan, serta figur-figur publik lainnya.
Nama-nama seperti Najwa Shihab, yang populer lewat “Mata Najwa” di layar kaca, Larry King, yang andal sebagai pewawancara siaran langsung pada jaringan televisi dan radio di Amerika Serikat, Bung Tomo, yang dengan teriakan heroiknya jadi memorabilia bagi kita saat mengenang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, serta Adolf Hitler, penguasa Jerman yang dengan Partai NAZI menjadi tokoh utama pecahnya Perang Dunia II, merupakan orang-orang yang sanggup menghipnotis lewat kemampuan komunikasi publik yang sangat baik.
Di luar itu, banyak pula para penggerak masyarakat, pelobi, mediator, narasumber, dan orang-orang yang tidak terpublikasi tapi juga bekerja berdasarkan modal kemampuan komunikasi publik yang baik.
Dalam komunikasi publik ini, esensinya ada pada pesan dan bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan catatan, komunikator perlu memperhatikan siapa target audiensnya, siapa lawan bicara, atau siapa komunikannya, agar komunikasinya menjadi efektif. Kita tidak berbicara dalam ruang hampa, ada latar dan konteksnya, ada tujuannya. Orang-orang yang jadi teman atau lawan bicara kita juga kemungkinan punya background berbeda, dari sisi budaya, bahasa, suku, agama, gender, usia, dan lainnya.
Kepekaan atau sensivitas penting diperhatikan saat berkomunikasi dalam ragam orang seperti itu. Demi menghindarkan kesalahpahaman, menghindari kita dari potensi konflik, dan tetap terawatnya hubungan sosial yang baik.
Di sinilah relevansi kehadiran buku “Komunikasi Publik: Komunikasi Berbasis Integrasi Sosial” karya Prof. Dr. Sukardi Weda, S.S., M.Hum., M.Pd., M.Si., M.M., M.Sos.I., M.A.P..
Komunikasi publik itu merupakan pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam suatu organisasi atau yang berada di luar organisasi secara tatap muka atau melalui media. Pengertian media di sini tentu selaras dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, yang memungkinkan kita melakukan komunikasi secara multiplatform dan multichannel, termasuk secara hybrid. Sungguh, suatu keberkahan berada di abad yang sangat sophisticate ini.
Buku ini terdiri atas 15 (lima belas) bab yang akan mengantar pembaca pada pengertian, sejarah, dan jenis-jenis komunikasi. Profil sejumlah tokoh komunikasi juga dibahas, dan memberi gambaran seperti apa itu komunikasi publik.
Aspek keterampilan teknis dari komunikasi publik juga akan membantu pembaca meningkatkan kapasitas dirinya. Ada bab khusus yang membahas tentang bagaimana mengetahui audiens, dan kunci sukses berbicara di depan audiens, serta tips meningkatkan kepercayaan diri.