Keren Kegiatan Ini; Catatan Saya Memenuhi Sejumlah Lembar Kertas

Selain memberikan masukan, saya juga menyampaikan kritik kepada Kementerian Agama mengenai pemahaman terhadap konsep moderasi beragama yang di buat. Saya mempertanyakan sejauh mana Kementerian Agama sendiri memahami dan menerapkan konsep moderasi beragama, Kira-kira kementerian agama sendiri paham dengan konsep yang dibuat ini yaitu moderasi beragama? Tanya saya Sebab kementerian yang paling banyak kontroversinya adalah kementerian agama misalnya kontroversi terakhir mengenai suara toa masjid padahal selama ini tidak ada masalah dengan suara toa masjid aman-aman saja. Kritik ini saya sampaikan dengan harapan Kementerian Agama dapat lebih konsisten dan transparan dalam menjalankan tugasnya.

Saya juga menyampaikan pandangan saya mengenai moderasi beragama dalam perspektif Surat Al-Hujurat, dengan mengutip ayat 11, 12, dan 13. Bahwa moderasi beragama menuntut adanya sikap saling menghormati dan toleransi, di mana setiap individu menghargai perbedaan dan berusaha menghindari konflik yang merugikan persatuan umat. Mengutip dari apa yang disampaikan Kepala Balai Litbang Kementerian Agama Kota Makassar, Dr. H. Saprillah, M.Si, ia megatakan bahwa “Yang beda jangan di beda-bedakan, yang sama jangan juga di sama-samakan.” Ungkapnya. “Moderasi beragama itu memahami orang lain dengan cara pandangnya, sebab toleransi itu muncul karena adanya perbedaan dan toleransi itu berbasis pada dialog.” Lanjutnya.

BACA JUGA:  Imajinasi Anak-Anak Tentang Kota Inklusi dan Berkelanjutan

Dalam ayat-ayat yang saya sebutkan diatas mengajarkan pada kita untuk menjauhi sikap merendahkan, mengejek, dan memfitnah sesama, serta mendorong sikap inklusif dan menghargai perbedaan. Secara terang benderang Allah SWT mengatakan dalam firman-Nya Qur’an surat Al Hujurat ayat 11 dan 12 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” ~Ayat 11

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” ~ Ayat 12