Sementara truk-truk tambang melintas membawa emas dari perut bumi. Di sini, cahaya bukan sekadar harap—ia adalah perlawanan diam-diam.
Tiap goresan huruf di tanah adalah janji bahwa ingatan tak akan mati, bahkan ketika hujan mengikisnya setiap musim.
-000-
Permesta di Sulawesi Utara, tambang emas yang runtuh di Bolaang Mongondow, tsunami Palu 2018—semua peristiwa ini saling bersahut.
Seakan Sulawesi adalah tubuh yang terus diuji: oleh politik yang menorehkan luka, oleh ekonomi yang timpang, oleh bencana alam yang mengguncang.
Namun dari tubuh yang luka itu, selalu ada cahaya. Amir tumbuh tanpa ayah, tapi ia menulis.
Aisyah kehilangan suami, tapi ia tetap bertahan.
Nurul kehilangan kakinya, tapi ia kembali ke sekolah dengan kursi roda, membawa wajah harapan bagi bangsa.
Sejarah sering ditulis dengan angka—tahun, korban, operasi militer.
Tetapi buku ini mengingatkan: sejarah sejati adalah air mata yang jatuh di tikar bambu, doa ibu yang menggema di malam sunyi, dan tawa anak yang kembali bersekolah di tanah yang retak.
Sulawesi adalah Indonesia dalam miniatur: setengah pemberontakan, setengah rekonsiliasi; setengah luka, setengah cahaya.
Dan dari setiap setengah itu, lahirlah keutuhan:
keutuhan sebuah bangsa yang belajar dari luka.
Ini keutuhan sebuah manusia yang tetap mencari ayahnya,
keutuhan sebuah pulau yang berbisik kepada kita semua:
“Jagalah aku, karena di setiap denyutku ada jiwa Indonesia.”**
Singapura, 1 Oktober 2025
Referensi
1. Barbara S. Harvey, Permesta: Half a Rebellion. Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project, 1977 (repr. Equinox, 2009).
2. Hamri Manoppo dkk., Sulawesi: Jejak, Luka, Cahaya. Perkumpulan Penulis Satupena Sulawesi, 2025.
-000-
Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World
https://www.facebook.com/share/p/1CDYYAd5qu/?mibextid=wwXIfr