Iwan Azis, Gaya Nonton Film Era Jadul, Hingga Pengurus Organisasi Bioskop

Sementara di Jalan Sultan Hasanuddin, berdiri bioskop Istana nan megah. Bioskop ini sebelumnya bernama Plaza Theatre. Bioskop yang termewah pada masanya ini, memutar film-film barat, Indonesia, dan Mandarin.

Di Jalan Gunung Lompobattang, terdapat pula Artis Theatre, yang memutar film-film barat dan India. Sempat pula ada Artis II, sebagai bukti tingginya minat penonton bioskop, kala itu. Menariknya, ketika film India tayang, banyak tukang becak parkir di depannya, hanya untuk bisa mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam film tersebut. Tak jauh dari situ, di kawasan Pasar Sentral, pernah pula berdiri bioskop Ampera.

Masih ada lagi daftar nama-nama bioskop yang pernah tercatat menghibur warga Kota Anging Mammiri ini. Sebut di antaranya bioskop Alhambra di Jalan Merpati, bioskop Indonesia di Jalan Banda, dan bioskop Mutiara di Jalan Veteran.

Di bagian selatan kota, tepatnya di Jalan Cendrawasih terdapat dua bioskop, masing-masing bioskop Cenderawasih dan Mall Studio. Mall Studio ini tutup setelah kerusuhan tahun 1998. Pasca amuk masa, hanya reruntuhan yang tersisa dari bioskop ini.

BACA JUGA:  Yuk Kenalan dengan Muhammad Amri Arsyid

Makassar Theatre, boleh disebut sebagai bioskop lokal terakhir di Makassar, setelah masuknya jaringan Cineplex 21 Group, yang kita kenal dengan Studio 21. Jaringan bioskop ini berada di bawah kendali PT Subentra Nusantara, milik Sudwikatmono, Benny Suherman, dan Harris Lesmana.

Makassar Theatre merupakan tempat favorit anak-anak muda golongan menengah atas, penggemar film-film barat, Mandarin, dan Jepang. Bioskop yang berada di Jalan Bali ini, sebelumnya bernama Cathay Theatre. Pernah pula berganti nama menjadi bioskop Anda, saat diberlakukan kebijakan tidak boleh menggunakan nama-nama berbau asing. Riwayat Makassar Theatre berakhir setelah ludes dilalap si jago merah, pada bulan Juni 2011.

“Saat jadi pengurus GPBSI, saya punya karcis nonton luar biasa banyak. Setiap bioskop kasi saya karcis satu blok. Semuanya free pass. Kira-kira ada 50an lembar banyaknya,” Iwan Azis.

Sebagai pengurus GPBSI, dia membuat beragam kegiatan kreatif agar orang makin banyak ke bioskop. Di Artis Theatre, misalnya, dia bikin tiket undian, ada door prize, berhadiah mobil.

BACA JUGA:  Muhasabah Diri di Tahun Baru Islam

Dia sempat bermain di beberapa film, dengan latar cerita budaya dan sejarah Sulawesi Selatan. Sanrego, Woltermongisidi, Direktris Muda, Jumpa di Persimpangan, dan Jangan Renggut Cintaku adalah beberapa film di antaranya, yang masih dia ingat.

“Setelah saya menggeluti dunia film, saya tersadarkan bahwa saya dikerjai. Lama biasa berada di lokasi syuting, bisa sebulan, tapi begitu tampil sekadar numpang lewat, hanya sekelas figuran,” katanya lirih.