Bahwa setiap ibu-ibu Rempong mereka membawa semangat dan tekad untuk mengejar keunggulan, bukan hanya dalam dunia yang fana, tapi juga untuk persiapan di alam kubur, yang merupakan tempat terakhir setiap manusia mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat selama hidup di dunia, disana juga tempat terakhir yang tidak ada lagi tempat setelah itu.
Ibu-ibu Rempong dengan tuntas, mereka menggali tajwid juga menggali makna-makna mendalam dari setiap ayat yang terpahat indah di lembaran-lembaran suci itu.
Para ibu-ibu yang di Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) dipanggil Ibu-ibu Rempong, di sini, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka banyak memberi pelajaran hidup pada saya. Mereka menemukan keindahan dalam kebersamaan dan kearifan di dalam ilmu. Ponsel pintar menjadi alat bantu, senter yang menerangi jalannya pengetahuan, meskipun di kala listrik tidak mampu lagi menerangi semangat mengejar pengetahuan. “Wanita yang cerdas adalah yang mampu menempatkan diri dengan baik sebagai anak, istri, dan ibu serta mampu membaca potensi kebaikan di manapun dia berada.” ~Aa Gym
Kegiatan Literasi Qur’an Ibu-ibu Rempong Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) yang rutin dilakukan ini bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang meresapi dan merenungi makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat suci pedoman bagi orang yang beriman. Mereka tidak hanya mengejar poin keilmuan, tetapi juga merajut kebersamaan yang kental, seolah-olah Al-Qur’an menjadi benang yang mengikat hati mereka.
Sudah 2 jam berlalu lampu belum menampakkan cahayanya, namun semangat belajar tidak pernah padam. Cahaya senter dan cahaya mata yang bersinar di wajah para ibu-ibu Rempong mengisyaratkan bahwa mereka siap menghadapi kegelapan dunia dengan kekuatan ilmu dan kebersamaan yang mereka bangun setiap malam selasa dan malam sabtu. Literasi Qur’an bersama ibu-ibu Rempong, bukan hanya kegiatan rutin, tetapi perjalanan spiritual yang menerangi jiwa mereka di tengah kehidupan yang kadang kelam.
Tersisa 2 orang ibu-ibu yang belum mendapatkan giliran mengaji juga materi tajwid belum tersampaikan tetiba cahaya dari atas plafon rumah menampakan cahayanya pertanda lampu telah menyalah, Alhamdulillah… ucap ibu-ibu serentak pertanda rasa syukur, perasaan bahagia juga Kalimat Alhamdulillah… seperti embun yang meresap ke dalam bumi setelah hujan, mungkin salah satu cara seseorang meresapi kebahagiaan dalam setiap apa yang didapatkan.
Belajar pun tuntas, 2 orang ibu-ibu yang tersisa telah selesai mengaji juga materi tajwid dengan judul materi malam itu “Ikhfa” tuntas salam penutup pertanda berakhirnya belajar terucap dari saya sebagai pendamping belajar dari ibu-ibu Rempong, Aroma yang terdeteksi sejak awal kedatang saya di rumah pak Mustakim dan Ibu Ismi terasa semakin tajam menusuk hingga menembus rasa. Ibu Ismi selaku tuan rumah sekaligus pemilik rumah yang dijadikan pusat belajar ibu-ibu Rempong muncul dari dapur dengan nampang yang terbuat dari bambu berisi buah yang ketika dipegang menyakitkan karena kulitnya yang berduri, namun bikin ketagihan saat di makan isinya (Buah Durian) diletakkan diatas meja yang digunakan belajar, kemudian ibu Ismi balik lagi ke dapur dan kembali dengan membawa bakul berisi buah langsat ditangan kanannya, dan tangan kirinya menjepit tangkai yang tersisa pada 1 buah durian lalu kembali meletakkan di atas meja “ini punya pak guru” kata bu Ismi pada ibu-ibu yang lain. “habis gelap terbelah-lah durian”
“Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” ~ Q.S. Luqman Ayat 12
Kafe Baca, 14 November 2023







br






