Dahulu kami tidak banyak menikmati kebebasan karena di asrama kami selalu dikontrol oleh guru. Pengawasnya adalah seorang Belanda yang sangat disiplin.
Setelah kami SMP Gouvernement pada tahun 1949, kami pun berpisah. Pak Amiruddin ke Bandung, saya tetap saja di Makassar.
Sejak itu praktis kami hanya sekali bertemu yaitu ketika dia baru pulang dari Amerika Serikat. Saya baru dekat lagi dengan Pak Amiruddin ketika dia menjadi Rektor Unhas pada tahun 1973. Jadi, kurang lebih 24 tahun kami berjauhan.
Saya masih ingat pada saat dia baru tiba dari Amerika Serikat, kami sama-sama nginap di Mes Pemda Sulawesi Selatan di Jl. Kaji Jakarta.
Dari situ kami ke Bogor dengan mobil jemputan dia. Sebenarnya tujuannya ke Bandung, namun karena sudah sore, saya mengajaknya nginap di Bogor saja, di Asrama Latimojong. Jadilah, kami ke Bogor bersama-sama. Yang paling berkesan dalam perjalanan itu ialah sejak dari Jakarta hingga tiba di Bogor, lampu mobil tidak menyala. Dapat dibayangkan nekatnya kami waktu itu.(Bersambung, MDA).