Di Balik Peluncuran Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (4): Jika Datang Tegasnya, Tak Menyisakan Reserve

Balik Peluncuran Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur”
Balik Peluncuran Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur”

NusantaraInsight, Makassar — Tentang sisi kelemahan Pak Amiruddin, pernah terjadi sekali waktu, dalam suatu perjalanan Fachrudin hanya berdua di mobil. Fachrudin katakan bahwa ia itu kalau datang tegasnya, tidak punya reserve. Sebaiknya, kita punya reserve. Artinya, kalau ada masalah tidak 100% disalahkan atau dibenarkan, karena ada reserve yang disimpan. Kelihatan waktu itu, dia akan berubah sikap terhadap hal yang memerlukan ketegasan. Misalnya, yang Fachrudin katakan kelemahannya adalah jika ada orang yang berbuat salah, tampaknya dia sukar memaafkan.

Tetapi, setelah Fachrudin ngomong begitu, lantas kelihatan tidak lagi. Begitu pula dalam hal tertentu. Yang memang membutuhkan ketegasan, tidak terjadi lagi. Saya kira ini, soal sikap. Setiap orang mesti punya sikap. Saya ingat Pak Amiruddin memiliki prinsip kepada stafnya begini.

“Berikanlah kesempatan kepada orang sampai ia membuktikan tidak sanggup”.

Kendala yang dihadapi Amiruddin ketika menjadi rektor, rasanya cukup banyak. Namun, sesungguhnya itu juga yang membuatnya semakin matang dan arif.

Misalnya, ketika perubahan struktur organisasi, sikap Fakultas Hukum banyak menyita waktu dan pemikirannya, khususnya dengan salah seorang senior di fakultas itu. Tetapi, semua itu ada hikmahnya. Setelah orang yang menentang itu tidak lagi aktif di Fakultas Hukum, semua masalah teratasi.

BACA JUGA:  Militansi Hamas Terukur dan Berdasarkan Kajian

Fachrudin merasa, cukup lama menjadi mitra Pak Amiruddin. Fachrudin mendampinginya, sejak dia mulai menjabat rektor hingga selesai. Hanya sebentar saja, dia pernah meninggalkannya, yaitu ketika ke Amerika selama sembilan bulan. Itu terjadi pada tahun 1947-1975, setahun setelah dia memimpin Unhas.

Sebagai Ketua Bappeda, Fachrudin pun cukup banyak pengalaman berhubungan dengannya. Ketika itulah, wilayah komoditas (wilkom) terkonsepkan.

Bagi Fachrudin, pengalaman menjadi aparat pemerintahan sangat pahit karena sekian tahun hanya berada di perguruan tinggi. Fachrudin senang membantu dia selaku gubernur.

Di bawah kepemimpinannya itulah dia berkesempatan mengubah citra Bappeda Tingkat I Sulawesi Selatan.
Itu semua sebenarnya tidak lepas dari bagaimana sikap Pak Amiruddin terhadap instansi terkait. Misalnya, Pak Amiruddin menempatkan Bappeda sebagai unit perencana.

Dengan begitu, Bappeda diberi peranan penting dalam pembangunan. Akibatnya, sikap masyarakat terhadap lembaga itu menjadi ikut berubah. Jadi, Fachrudin sisa mengimplementasikan saja. Menjabarkan di dalam tindakan-tindakan praktis kebijaksanaannya.

Tidak Berubah

Meskipun masalah yang dihadapinya berbeda, kepemimpinan Pak Amiruddin saat menjadi rektor dengan masa menjabat gubernur, tidak banyak berubah.