Dari Perayaan Proklamasi di Pura Agung Besakih: MERAWAT KULTUR YANG MEMBUAT INDONESIA NOMOR SATU

Namun yang paling mengesankan bukanlah daftar tempat atau ucapan pejabat, melainkan wajah-wajah warga biasa yang saling tersenyum, saling merangkul lintas iman. Dari pelukan mereka, kita melihat wajah asli Indonesia.

-000-

Di tengah gempuran modernitas, Indonesia perlu merajut kebijakan berbasis kearifan
lokal. Misalnya, mengalokasikan dana desa untuk revitalisasi banjar.

Juga memasukkan kurikulum toleransi berbasis tri hita karana, dan mengikat pembangunan infrastruktur dengan prinsip gotong royong.

Tri Hita Karana itu falsafah hidup Bali yang menekankan tiga harmoni: hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), dengan sesama (pawongan), dan dengan alam (palemahan) demi keseimbangan hidup.

Dengan demikian, jiwa kolektif tak hanya lestari, tetapi menjadi sistem yang mengakar.

Seperti akar pohon beringin yang menjalar luas, kekuatan bangsa ini tidak berasal dari puncak elitenya, melainkan dari simpul-simpul kecil yang saling bertaut di bawah.

Global Flourishing Index 2025 hanyalah cermin. Cermin itu memperlihatkan wajah Indonesia: bukan negara kaya raya, tetapi bangsa dengan jiwa kolektif yang hangat, berlandaskan kasih, dan merayakan keberagaman.

BACA JUGA:  Strategi Hamas Mengalahkan Israel di Gaza

Namun cermin itu juga mengingatkan: jangan sampai retak. Krisis iklim, polarisasi politik, hingga ketimpangan ekonomi bisa memecahkannya jika kehangatan sosial tidak dijaga.

-000-

Namun, kita juga tak boleh lupa pada wajah kelam bangsa: intoleransi yang sesekali membakar rumah ibadah, korupsi yang merampas hak rakyat kecil, serta jurang kaya–miskin yang makin terbuka.

Tanpa keberanian mengatasi ini, persaudaraan bisa rapuh hanya jadi nostalgia.

Di halaman Pura Besakih, saya kembali teringat kata ibu paruh baya tadi: “Kami tidak kaya, Pak. Tapi kami punya persaudaraan.”

Persaudaraan itulah harta karun terbesar Indonesia. Selama ia dirawat, Indonesia bukan hanya nomor satu di Global Flourishing Index, tetapi juga bisa menjadi guru dunia.

Ia mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati lahir bukan dari megahnya menara beton, melainkan dari eratnya tangan-tangan manusia yang bergandengan. ***

Bali, 23 Agustus 2025

Referensi

• VanderWeele, Tyler J. Flourishing: How to Achieve Well-Being and Live a Meaningful Life. Harvard University Press, 2020.

• Putnam, Robert D. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. Simon & Schuster, 2000.

BACA JUGA:  Di Balik Peluncuran Edisi Revisi Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (8): Sang Penoreh Keteladanan

-000-

Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World