Dalam posisinya sebagai Sekcab (Ketua) Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Takalar, Irma banyak membantu Pemda Kabupaten Takalar dalam memberikan layanan publik. Salah satu di antaranya, adalah mendampingi 435 Kepala Keluarga (KK) di Desa Paddinging untuk mendapatkan bantuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dalam kesehariannya sebagai Petani Alami, Irma merupakan anggota dari Perserikatan Petani Sulawesi Selatan. Sebagai aktivis gerakan perempuan pedesaan, dia lama terlibat berjuang dalam penyelamatan lingkungan dan sumber daya alam. Tidak mengherankan jika dia memiliki networking dan massa perempuan, termasuk petani, di hampir semua provinsi di Indonesia. Di Takalar sendiri, dia memiliki basis massa yang kuat dan militan. Karena dia selalu hadir di garda terdepan memperjuangkan keadilan bagi petani dan nelayan. Itulah mengapa, dia berhasil mengadakan Kongres Perempuan Pedesaaan pertama di Indonesia di Jakarta, pada Desember 2019, yang melahirkan Jaringan Perempuan Pedesaan (JPP) Nusantara. Kongres itu, dihadiri perempuan pedesaan yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia, dari Aceh, NTT, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Irmawati dikenal konsistensi dan berdedikasi pada apa yang menjadi idealismenya, terutama dalam pemperjuangkan hak-hak perempuan, anak dan lingkungan. Makanya, ia terpilih sebagai penerima Beasiswa Bekal Pemimpin dari United in Diversity (UID) Foundation. UID merupakan lembaga yang saat ini dipimpin oleh Tantowi Yahya, mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia. Program Beasiswa Bekal Pemimpin merupakan salah satu program UID untuk memfasilitasi para pemimpin tri-sektor guna menciptakan solusi yang berkelanjutan, berkeadilan, dan berkearifan lokal. Setelah menerima Beasiswa Bekal Pemimpin, pada tahun 2020, ia terpilih sebagai 6 besar calon penerima Fellowship Program dari Ford Foundation, USA.
Irmawati beruntung pernah menimba ilmu dari tokoh-tokoh gerakan perempuan Tanah Air. Sebagai anggota KPI, dia pernah dikader langsung oleh Zohra Andi Baso, dalam diskusi-diskusi terkait masalah perempuan di Sekretariat Forum Pemerhati Masalah Perempuan (FPMP) Sulawesi Selatan. Tidak hanya pada gerakan perempuan dan kepemiluan, Irmawati juga merupakan pengurus dari lembaga adat Sanrobone Panrita. Lewat forum ini, dia banyak berjejaring dengan pemangku adat, dan tokoh agama, di antaranya dengan pemangku adat Sanrobone dan Gallarrang Tonasa.
Irmawati merupakan perempuan butta panrannuang yang telah memiliki karya dan rekam jejak hingga tingkat nasional. Dia merupakan sosok perempuan pemberani dan punya prinsip yang kuat. Dia menginspirasi perempuan dan warga, di antaranya melalui model advokasi yang dilakukan di desanya berupa pengembangan pertanian alami dan mendirikan sekolah perempuan petani alami di Kabupaten Takalar. Dari profil singkat yang diulas dalam tulisan sederhana ini, terlihat jelas komitmen, konsistensi, dedikasi dan integritas perempuan aktivis ini, yang tentu tidak perlu diragukan lagi. (*)