Setiap kali naik pete-pete, saya mengambil posisi tepat di belakang sopir. Tujuannya agar, kalau ada penumpang baru yang naik, saya tak harus geser tempat duduk. Dengan begitu, zona nyaman saya membaca buku tidak terganggu hehehe.
Pernah suatu hari, saya tidak naik pete-pete ke Takalar Lama, tapi dibonceng oleh Nur Ahmad. Dia ini walah seorang reporter Majalah AnaKita LPA Sulawesi Selatan.
Ketika melewati Limbung terjadi musibah. Ahmad tak bisa mengendalikan sepeda motornya yang melaju kencang. Pasalnya, ada mobil Panther dari arah berlawanan begitu dia mau melambung kendaraan di depannya.
Ahmad kaget, dia rem mendadak. Sepeda motornya terpental. Tubuh saya jatuh menghantam aspal. Saya sempat tak sadarkan diri. Terdengar suara-suara datang menolong. Ada yang terasa memegang pergelangan tangan saya, lalu memeriksa denyut nadi saya.
Bersyukur itu tak lama. Saya bangun, kemudian di bawa ke salah satu rumah warga yang tak jauh dari lokasi kejadian. Saya diberi obat Betadine pada bagian kaki yang lecet. Setelah itu saya dan Ahmad melanjutkan perjalanan ke Takalar Lama.
Tiba di Baruga Datu Sawitto, sudah ada anak-anak ditemani Selle KS Dalle (sekarang Wakil Bupati Soppeng). Kami menceritakan kejadian yang baru dialami. Selle berkomentar, “Pantas lama baru tiba.” Selle hari itu jadi partner saya memfasilitasi kegiatan bersama anak-anak.
Ahmad kemudian menimpali, “Saya sempat bingung, bagaimana nanti menjelaskan ke mamanya Gilang, kalau terjadi sesuatu pada Kak Rusdin. Sebab tadi saya yang jemput ki di rumahnya.”
Alhamdulillah, hari itu, kami tetap menjalankan kegiatan Dewan Anak seperti biasa. Dan ini jadi bagian dari kenangan dan pembelajaran saya ikut memfasilitasi kegiatan bersama anak-anak di Takalar Lama. Juga mengenang masa-masa keasyikan membaca buku di perjalanan, setiap kali ke lokasi dampingan. (*)







br






