Di awal Pelatihan Dewan Anak, yang diadakan di Aula Kantor Camat Mappakasunggu, saya masih di Jakarta.
Saya tengah mengikuti Training of Trainer (TOT) Bantuan Psikososial Penanganan Pengungsi Anak, kerjasama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Universitas Indonesia (UI), Cash for Skill Initiative (CFSI) Filipina, dan UNICEF, tahun 2000.
Saya dan Nur Ala, dari Sanggar Anak Dayo, diutus oleh LPA Sulawesi Selatan. Karena kami aktif mendampingi pengungsi yang ditampung di mess Kodam VII/Wirabuana (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin) Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Makassar.
Pelatihan Bantuan Psikososial Penanganan Pengungsi Anak ini diselenggarakan beberapa hari di Kampus UI, Depok, dengan trainer asal Filipina yang–kami dengar–berpengalaman menangani pengungsi korban perang Balkan, khususnya di Kosovo, 1998-1999.
Hanya sehari setelah pulang dari Jakarta, saya langsung diminta ke Takalar Lama, ke lokasi pelatihan. Saya dikasi gambaran rute atau trayek pete-pete yang mesti saya naiki, dengan beberapa varian kemungkinannya.
Sudah malam, saat ke sana. Itu pun tak langsung dapat pete-pete ke tempat tujuan. Saya hanya dapat pete-pete yang sampai di Pasar Patallassang kemudian harus nyambung dengan pete-pete lain untuk ke Kantor Camat Mappakasunggu, yang jadi tempat pelatihan.
Pasca pelatihan, dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan. Lokasi kegiatannya, sedikit lebih jauh daripada tempat pelatihan dahulu. Tempatnya berupa bangunan tradisional berbentuk panggung yang cukup besar. Namanya Baruga Datu Sawitto.
Ketika saya kembali ke sana, pada bulan Juli 2024–untuk melakukan napak tilas–baruga itu sudah tidak ada, hanya tersisa lapangan luas yang dahulu ditempati baruga.
Baruga tersebut posisinya bersebelahan dengan SDN No 227 Inpres Takalar II. Di seberang jalannya, tak jauh dari baruga terdapat Puskesmas Mappakasunggu. Sementara di sebelah lapangan, berdiri Kodim 1426 Sudanga Korem 1426-06.
Baruga ini dibangun oleh Plan Indonesia PU Takalar, untuk kegiatan anak-anak dan warga setempat. Lokasinya berada di Dusun Cilallang, sekarang menjadi Lingkungan Cilallang.
Saya membayangkan dahulu bila melewati jalan ini. Jalan yang lebar dengan pohon-pohon asam yang tumbuh besar di sisi kiri dan kanannya. Bangun-bangunan dengan atap tinggi dan jendela-jendela lebar, sebagai penanda bahwa ini kota tua.
Sementara di depan Kantor Camat Mappakasunggu, terdapat beberapa pohon lontar dan pohon asam. Berdiri pula rumah atas (balla rate), di sampingnya. Sayang kondisi bangunan-bangunan ini terlihat kurang terawat baik. Barangkali sudah tidak difungsikan lagi.







br






