Bayi Terlahir di Puncak ‘Ncanga’ itu, Kini Profesor!

Prof.Dr.Abdullah Abd. Thalib, S.Ag., M.Ag.
Prof.Dr.Abdullah Abd. Thalib, S.Ag., M.Ag. “

“Telah lahir adikku, “gumam Abd. Halik setelah mendengar bunyi “eaaak..” dan terus berlari kecil menuju desa.
Membiarkan kakaknya, Suhartati dan adiknya Asmah yang membersamai Ibunda Hafsah sembari menunggu bantuan sando (dukun beranak) Wai Boi yang dipanggil Abd. Halik. Wai Boi, perempuan yang sudah dikenal sebagai dukun beranak di Desa Boro kala itu. Jarak yang ditempuh berkisar 2-3 km dari Ncanga, yang dia harus berlari. Dia paham Ibunya sedang dalam keadaan darurat.

Saat Abd. Halik dan Wai Boi tiba, sisa-sisa persalinan sudah kering. Hafsah pun sudah dimandikan oleh kedua anaknya. Wai Boi kemudian memotong tali pusar si kecil yang baru lahir dan menanam ari-arinya.

“Tali ari-ari saya katanya mengitari kepala. Mungkin itu tanda akan menjadi sosok yang mendalami agama,” bayi yang lahir 53 tahun itu secara berkelakar pada saya di kebunnya di Pattalassang Gowa, 27 Juli 2025 sore.

Di rembang petang, Abd. Thalib menginjakkan kakinya di lereng “ncanga”. Melewati batu besar, tempat istrinya bersandar beberapa jam sebelumnya. Saat mendaki lereng menuju “salaja” di puncak “ncanga” dia mendengar suara yang langka, tetapi rutin. Pertanda awal dari siklus kehidupan seorang anak manusia.

BACA JUGA:  MIWF 2024: Keseruan Bersama Teman Bus, Berbagi Nostalgia, Bernyanyi Menikmati Makassar

“Eaaak… eaaaak..eaaaak..,” suara itu melintas di telinga Thalib saat kakinya terus melangkah mendaki lereng “ncanga” sore itu.

“Telah lahir anakku,” batin Abd. Thalib berbisik sembari semakin mempercepat langkahnya dengan beban bagian daging dua ekor rusa yang mampu dipikulnya hari itu.

Dua ekor rusa yang diperolehnya itu, pertama kali terjadi dalam sejarah perburuannya yang berbilang tahun.

Rezeki ini merupakan berkah dari Allah swt bertepatan dengan kelahiran anak kelimanya hari itu. Anak itu kemudian diberi nama Umar. Namun karena sering sakit-sakitan, namanya pun diganti. Bayi ini seiring dengan bertambah usianya, menapaki jenjang demi jenjang pendidikan dengan kecerdasan yang dipuji para gurunya.

Dia tamat di SDN 2 Boro Sanggar (1982/1983), SMPN Sanggar (1986/1987), SMAN 2 Bima (1990/1991), S-1 (1994/1995), S-2 (2001), dan S-3 (2008) di IAIN (UIN) Alauddin, kemudian menjadi dosen di almamaternya pada tahun 1997 hingga kini.

Pada tanggal 20 Agustus 2025 bayi mungil yang lahir di lereng “ncanga” Desa Boro Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima tahun 1972 itu, dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Alauddin Makassar dengan nama lengkap Prof.Dr.Abdullah Abd. Thalib, S.Ag., M.Ag. “Vivat academia, vivat Professores! “ (*).

br