Oleh; Afifa Afra Amatullah (Mahasiswa UIN Makassar)
NusantaraInsight, Makassar — Banjir dahsyat yang terjadi di pulau Sumatera melanda 3 provinsi di Pulau tersebut; Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Menurut data terbaru dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) terhitung korban jiwa telah mencapai 867 orang, yang dinyatakan hilang ada 521 orang. Sedangkan korban luka mencapai 4.200 orang.
BNPB juga mencatat ada 51 Kabupaten/kota terdampak, 405 jembatan yang rusak, 270 fasilitas kesehatan rusak, 509 fasilitas pendidikan rusak, 121.000 unit rumah rusak, serta 1.100 fasilitas umum rusak- akibat banjir. (detik.com 5/12/2025)
Banjir dahsyat yang terjadi di Indonesia menurut World Meteorological Organization (WMO) memang dipicu oleh siklon tropis senyar yang membawa hujan deras sehingga memicu terjadinya banjir dan longsor di daerah Sumatera.
Sementara, mantan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikarito Karnawati menilai bahwasanya lokasi banjir di pulau Sumatera tersebut memang merupakan akumulasi tumpukan endapan banjir bandang purba yang sudah berkali-kali. Sehingga memang lahan itu merupakan lahan banjir bandang. (CNNIndonesia.com 5/12/2025). Namun, dinyatakan bahwa bencana banjir yang terjadi baru-baru ini jauh lebih parah dari sebelumnya dan terjadi lebih dahulu sebelum prakiraan.
Namun, jika diamati banjir dahsyat yang terjadi tersebut adalah kombinasi iklim serta ulah tangan manusia yang merusak hutan, yang melakukan pembalakan secara liar. Hal tersebut dapat kita saksikan pada video yang berseliweran di platform media sosial yang memperlihatkan kondisi banjir dahsyat yang diiringi kayu gelondongan yang amat sangat banyak.
Mirisnya, Direktur Jendral Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan (DIRJEN KEMENHUT) Dwi Januanto Nugroho malah membantah dengan tegas bahwa ribuan kayu gelondongan yang terseret banjir di Sumatera Utara tersebut adalah pohon tua yang sudah lapuk dan bukan kayu akibat pembalakan liar. Padahal dari video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan dengan jelas bahwa ribuan kayu gelondongan tersebut nampak terpotong rapi dan masih sangat kuat jika terbentur dengan benda keras; seperti rumah-rumahan warga yang rusak akibat benturan kayu tersebut.
Hal tersebut dengan jelas memperlihatkan bahwa negara belum bisa hadir memberikan solusi dan atau penanggulangan bencana banjir yang akan terjadi. Padahal BMKG telah memperingatkan sepekan sebelumnya, bahwa diprediksi akan terjadi cuaca ekstrem. Harusnya negara mampu melakukan mitigasi guna meminimalisir dampak fatal yang akan terjadi seperti sekarang ini.












