Pernyataan senada dikemukakan Wakil Ketua IV Bidang Umum dan SDM BAZNAS Kota Makassar, H.Jurlan Em Saho’as.
Dia menambahkan, jika saja, seorang mustahik bernazar lantaran BAZNAS memberikan bantuan, maka ungkapan rasa syukur syukur tidak sekadar memperkuat hubungan mustahik bersangkutan dengan Allah SWT, melainkan sebagai bukti kekuatan transformatif Zakat dan peran penting BAZNAS dalam mengangkat derajat mustahik.
“Ini adalah bukti kekuatan gabungan keimanan, harapan, dan amal dalam menggapai masa depan ummat dan keumatan yang lebih baik,” tutup Jurlan yang juga seniman ini.
Seperti diketahui, Kasmawati, mendatangi Kantor BAZNAS di Jalan Teduh Bersinar Nomir 5 Makassar pada Rabu, 12 Maret 2025 sore tadi.
Perempuan lajang itu juga membawa dua anak kecil yakni, Cinta Sapa-kelahiran 28 Pebruari 2018 dan Ahmad Ramdhan-kelahiran 28 Mei 2021.
“Saya ke BAZNAS Makassar ini setelah mendengar arahan beberapa orang yang percaya kepada BAZNAS Makassar ini. Saya ke sini untuk meminta bantuan BAZNAS melunasi biaya sewa rumah saya yang hari ini juga akan diusir pemilik rumah, ibu Farida,” ujarnya kepada tim media BAZNAS Kota Makassar.
Wajah perempuan lajang kelahiran 2 Pebruari 1982 itu memerah, dan nyaris histeris di ruang tamu lembaga pemerintah nonstruktural ini, lantaran ada lampu hijau dari BAZNAS Makassar.
Kasmawati yang bertinggal di Jalan Kandea 3 Lorong 5 RT002/RW004, Kecamatan Bontoala itu menjelaskan berbagai permasalahan yang dihadapi, bersama kedua dua anak yang dititipi salah seorang keluarganya yang hingga kini entah kemana keberadaannya.
“Orang tua kedua anak ini hanya menitipkan kepada saya. Alasan mereka katanya merantau untuk mencari pekerjaan. Saat menitipkan anak anaknya, orang tuanya berjanji akan mengirimi biaya buat anak anaknya.
Ternyata hingga saat ini mereka tidak menepati janji. Tetapi, saya sudah menganggap anak sendiri, sehingga saya tetap memelihara mereka, meski dengan keadaan yang serba kekurangan,” tuturnya.
Kasmawati menuturkan, selama ini dirinya hidup dalam keadaan yang tidak menentu. Untung saja, sesekali dia menjajakan kue bersama Cinta Sapa yang masih dibawah umur.
“Untuk biaya makan sehari hari, saya menjual Jalankote—salah satu kue khas Kota Makassar. Setiap hari, kadang dapat imbalan sekitar Rp40 ribu hingga Rp60 ribu. Hanya saja, tidak cukup membiayai hidup bersama dua anak,” ujarnya, seraya mengaku selain menjual kue, sesekali dirinya dipanggil mencuci pakaian tetangga. Imbalannya Rp30 ribu.
“Meski serba kekurangan, namun saya dan dua anak ini tidak pernah mengemis ngemis di jalanan untuk makan. Tetapi, saya akui, jika dalam keadaan terpaksa, kedua anak ini pernah mendatangi rumah tetangga meminta sesuap nasi” tutup Kasmawati.