SEAPAVAA: Indonesia Ajukan 5 Arsip di UNESCO

Kepala ANRI Imam Gunarto pada aja SEAPAVAA
Plt Kepala ANRI Imam Gunarto

NusantaraInsight, Solo — Konferensi Lembaga Arsip Audio Visual di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik atau SouthEast Asia-Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA) ke-28 Tahun 2024 akan diselenggarakan di Kota Solo.

Pada kesempatan ini, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bersama dengan SEAPAVAA berkomitmen menyelamatkan arsip audiovisual dari ancaman kerusakan, dengan partisipasi aktif peserta kawasan Asia Pasifik.

Salah satu yang ditampilkan pada ajang SEAPAVAA ini adalah suara pidato Presiden Soekarno, terdengar dari sudut ruang yang memutar piringan hitam berlogo Lokananta, Selasa (11/6). Piringan hitam itu bertuliskan Pidato Presiden Soekarno di pembukaan Konferensi Asia Afrika April 1955 silam di Bandung.

Di sebelahnya, video monochrome atau hitam putih menayangkan pidato yang sama.

Inilah koleksi masterpiece Indonesia yang sudah diakui dunia sebagai Memory of the World atau ingatan kolektif dunia, dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Terdengar jelas, bagaimana suara Soekarno menyampaikan pidato dalam suara yang tegas.

The peoples of Asia and Africa, 1,400,000,000 strong, far more than half the human population of the world, we can mobilise what I have called the Moral Violence of Nations in favour of peace. We can demonstrate to the minority of the world which lives on the other continents that we, the majority are for peace, not for war, and that whatever strength we have will always be thrown on to the side of peace. In this struggle, some success has already been scored.”

BACA JUGA:  Catatan Perjalanan (Kearsipan) (1): 1200 mdpl

“Bangsa-bangsa Asia dan Afrika, berkekuatan 1,4 miliar jiwa, jauh melebihi setengah jumlah penduduk dunia, kita dapat menggerakkan apa yang saya namakan Paksaan Moril Bangsa-Bangsa, untuk kepentingan perdamaian. Kita dapat menunjukkan kepada minoritas dunia, yang hidup di benua lainnya itu, bahwa kita, golongan mayoritas, adalah pro-perdamaian, bukannya pro-perang, dan bahwa kekuatan apapun yang ada pada kita, akan selalu kita pertaruhkan di pihak perdamaian. Dalam perjuangan ini, sejumlah keberhasilan telah kita capai.”

Selain arsip audio visual Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955, ada dua masterpiece lainnya dari Presiden Soekarno, yaitu arsip Gerakan Non-Blok Pertama (GNB I) di Beograd, 1961 dan Pidato berjudul To Build The World a New di Sidang Majelis Umum PBB, New York, 1960.

Konferensi Lembaga Arsip Audio Visual di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik atau SouthEast Asia-Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA) menjadi jalan bagi 21 negara di Asia Tenggara dan Pasifik, mengajukan arsip bersejarahnya ke tingkat dunia.

Presiden SEAPAVAA 2024, Karen Chan mengatakan konferensi akan membahas berbagai isu penyelamatan arsip, khususnya arsip audio visual yang ada di berbagai negara.

BACA JUGA:  Ini Cerita Lilly Pembawa Baki Bendera Asal Papua Pegunungan

“Mereka juga mengalami hal yang sama dan menemukan solusi yang tepat merawat arsip audio visual mereka. Nah ini yang akan dibahas dalam konferensi di Solo ini,” ujar Karen, Senin (10/6).

Lebih lanjut, Karen mengungkapkan pertemuan tahunan ini bertujuan memperluas akses terhadap arsip-arsip yang ada, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru. Tantangan ancaman kerusakan arsip, dampak bencana alam dan perang, imbuh Karen.

Sementara itu, Plt Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto, menjelaskan Solo terpilih sebagai tuan rumah karena perannya dalam sejarah arsip audio dan visual.

“Solo merupakan kota pionir dalam konteks pengelolaan arsip audio visual yang di mana ada Lokananta” ungkap Imam.

Lebih lanjut Imam menjelaskan, ada sekitar 200 delegasi dari 21 negara yang hadir dalam konferensi ini.