Hari Bahasa Ibu merupakan bagian dari inisiatif yang lebih luas “untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh masyarakat dunia” seperti yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 16 Mei 2007 dalam resolusi PBB 61/266 yang juga menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Bahasa.
Ide untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari inisiatif Bangladesh. Di Bangladesh, 21 Februari (1952) adalah hari peringatan ketika orang-orang Bengali, yaitu Muslim Bengali Pakistan (sekarang Muslim Bengali Bangladesh) dari provinsi Pakistan Bengal Timur (sekarang negara bagian Bangladesh yang merdeka), berjuang untuk pengakuan bahasa Bengali mereka.
Ini juga dirayakan oleh Bengali India di negara bagian India seperti Benggala Barat, Assam, Jharkhand, Tripura, dan Wilayah Persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar.
Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.
Resolusi bahasa internasional ini disarankan oleh Rafiqul Islam, seorang Bangli yang tinggal di Vancouver, Kanada. Ia menulis surat kepada Kofi Annan pada tanggal 9 Januari 1998, memintanya untuk mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day).
Akhirnya dipilihlah tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional karena pada tanggal tersebut, Bangladesh mengalami pembunuhan pada tahun 1952 dalam memperjuangkan bahasa Bangli di Dhaka.
Majelis Umum PBB meminta negara-negara anggotanya untuk mempromosikan semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di dunia pada tanggal 16 Mei 2009.
Sebelumnya pada tahun 2008 Majelis Umum menyatakan 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional untuk mempromosikan persatuan dalam keanekaragaman dan pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme.