News  

Ini Kata Mereka Terkait Seminar Nasional Bahasa Ibu

Bahasa Ibu
Seminar Nasional Bahasa Ibu Sulawesi Selatan

NusantaraInsight, MakassarSeminar Nasional Bahasa Ibu di Sulawesi Selatan tahun 2025 resmi digelar pada Jumat (21/2/2025) di Ballroom Teater Phinisi UNM.

Acara yang digelar oleh Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) dan Perhimpunan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia (PPBDI) Sulawesi Selatan ini mengangkat tema Membangun Kesadaran Global Pelestarian Bahasa Daerah dan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik (WR I) UNM Prof. Dr. Andi Aslinda, M.Si

Salah satu panitia pelaksana yang juga Bendahara HPBD Eka Yuniarsih menuturkan bahwa seminar ini merupakan upaya membangun kesadaran global melalui pertukaran budaya dan pengetahuan yang dapat memperkenalkan kekayaan bahasa Sulawesi Selatan ke kancah internasional.

Guru Bahasa Makassar di SMP Negeri 24 Makassar ini juga mengharapkan agar seminar ini menjadi langkah awal yang konkret dalam menjaga eksistensi bahasa Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar agar tetap lestari bagi generasi mendatang.

Seminar Nasional Hari Ibu ini adalah salah satu di antara langkah konkret yang telah berhasil dilakukan oleh pengurus HPBD.

BACA JUGA:  Tumpangi Becak, Wamendagri Bima Arya Kunjungi Markas Damkarmat Makassar

Usulan menarik disampaikan pula oleh Akbar Amri, S.S.,S.Pd.,M.Si. Dia berharap agar HPBD bekerjasama dengan Balai Bahasa Propvinsi Sulawesi Selatan, menyusun kamus digital Bahasa Indonesia-Makassar, juga pembuatan Buku Ensiklopedi Kuliner Sulawesi Selatan yang merupakan langkah strategis dalam mendigitalisasi dan mempromosikan kekayaan kuliner daerah.

Dokumentasi digital ini tidak hanya melestarikan resep dan teknik memasak tradisional, tetapi juga memperkenalkan kuliner khas Sulawesi Selatan ke kancah nasional dan internasional.

Dengan demikian, lanjutnya, digitalisasi ini berkontribusi pada peningkatan apresiasi terhadap warisan budaya lokal dan mendorong pelestarian bahasa daerah di tengah arus globalisasi.

Tak ketinggalan Suparmin, S.Pd, yang juga guru ini, menyampaikan bahwa bahasa daerah; Makassar, Toraja, Bugis dan Mandar di Sulawesi Selatan menjadi jembatan dalam memahami konsep-konsep akademik dengan lebih baik sebelum mereka menguasai bahasa nasional atau asing.

Penggunaan bahasa daerah di sekolah juga membantu dalam melestarikan budaya lokal dan identitas bangsa, mengingat banyak bahasa daerah yang kini terancam punah akibat globalisasi.

Selain itu, dengan memahami dan menguasai bahasa daerah, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas mereka melalui cerita rakyat, peribahasa, dan kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa tersebut.

BACA JUGA:  BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Sulsel 11 Januari 2025

Oleh karena itu, penting bagi dunia pendidikan untuk tetap memberikan ruang bagi bahasa daerah agar tetap lestari dan dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya.