NusantaraInsight, Makassar — Menutup penyampaiannya, dikatakan bahwa tugas kita bukan memperbesar nyala sendiri, melainkan menjaga cahaya
“Hari ini Allah mempertemukan kita, berdiskusi tentang buku “Gerakan Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak”, yang merekam perjalanan panjang LPA Sulawesi Selatan selama tiga periode kepemimpinan, dengan masing-masing pendekatan dan strategi yang berbeda. Namun, memiliki satu semangat yang sama: memastikan terpenuhinya hak-hak anak di Sulawesi Selatan,” jelas Dr Fadiah Machmud, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan.
Fadiah Machmud menyampaikan hal itu di hadapan pendiri, ketua dan pengurus LPA Sulawesi Selatan, tokoh dan aktivis NGO, serta pemangku kepentingan terkait dalam acara diskusi buku di Red Corner Cafe, Jalan Yusuf Daeng Awing, Makassar, Jumat, 10 Oktober 2025.
Hadir, antara lain, Prof Mansyur Ramly, Ketua LPA Sulawesi Selatan, periode pertama, Asmin Amin, salah salah seorang pendiri, Selle KS Dalle, Wakil Bupati Soppeng, yang merupakan pengurus di masa awal LPA, dan Rusdin Tompo juga pengurus di masa awal.
LPA Sulawesi Selatan didirikan tanggal 7 Desember 1998, termasuk LPA pertama di Indonesia, bersama LPA Jatim, LPA Jateng, dan LPA Jabar.
Selain Prof Mansyur Ramly, yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, LPA Sulawesi Selatan pernah dipimpin oleh Mappinawang (alm), advokat dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar. Setelah itu, estafet kepemimpinan LPA Sulawesi Selatan beralih ke Fadiah Machmud, yang ikut membersamai lembaga ini sejak awal.
Fadiah Machmud menjelaskan bahwa perjalanan lembaga yang dipimpinnya ini sudah amat panjang dengan jejak kisah pembelajaran yang berharga. Namun, diakui, tidak sedikit kerikil tajam yang dilewati.
“Dalam tiga periode kepemimpinan, LPA Sulsel menunjukkan wajah gerakan yang dinamis, berubah, tumbuh, dan beradaptasi dengan tantangan zaman,” paparnya.
Dia lantas menguraikan bahwa fokus isu LPA Sulsel berdasarkan mandat CNSP (Children in Need of Special Protection), atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus.
Mereka yang hadir menyimak apa yang disampaikan perempuan kelahiran Camba, Maros, tersebut. Tampak antara lain politisi dan aktivis Azhar Arsyad, Sri Endang, advokat Adnan Buyung Azis, dan aktivis perempuan Ema Husain, dan Lusy Palulungan. Acara dipandu oleh Andi Yudha Yunus
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A – Dalduk KB) Provinsi Sulawesi Selatan, Hj Andi Mirna, SH, memberikan sambutan sekaligus membuka acara diskusi buku yang dihadiri pula kalangan media ini.







br






