Profil Ahmed Mansour
Ahmed Mansour adalah jurnalis Mesir , presenter televisi, pembawa acara televisi, dan pewawancara di Al Jazeera sejak 1997. Dia adalah seorang penulis dan salah satu jurnalis terkemuka Al Jazeera. Dia mempersembahkan Bela Hodod (tanpa batas : Arab) yang merupakan sebuah acara bincang-bincang televisi langsung Arab dari Kairo sejak 1999, yang disiarkan di Saluran Al Jazeera setiap minggu. Ia juga membawakan acara Shahed Ala Al-Asr . Pada tahun 2009, ia menerbitkan buku Inside Fallujah: the Unembedded Story
Ia lahir di kota Samanud , Mesir, dan lulus dari Universitas Mansoura, dengan gelar sarjana seni. Kariernya dimulai sebagai koresponden perang. Dia meliput perang di Afghanistan antara tahun 1987 dan 1990, perang di Bosnia dan Herzegovina pada tahun 1994 dan perang di Irak pada tahun 2004. Dia sekarang memimpin dua acara bincang-bincang yang disiarkan di TV Al-Jazeera: selain “Tanpa batas”, ia juga membawakan program “Saksi Zaman”.
Kedua program tersebut ditonton secara luas di Dunia Arab. Terlepas dari keahliannya sebagai pewawancara dalam program yang dibawakannya, Ahmed Mansour menjadi terkenal karena pandangan politiknya yang blak-blakan.
Mansour secara terbuka mengkritik pemerintahan al-Sisi saat ini. Dia juga mengkritik Ikhwanul Muslimin. Mansour dikritik di media sosial setelah dia mewawancarai pemimpin Front al-Nusra, dan seorang pilot Suriah yang disandera oleh Front al-Nusra.
Pada bulan Agustus 2014, pengadilan pidana Kairo menuduh Mansour menyiksa seorang pengacara di Tahrir Square pada tahun 2011; Mansour membantah tuduhan tersebut, dan Al Jazeera mengatakan tuduhan tersebut salah. Mansour divonis bersalah secara in absensia pada bulan Oktober dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Al Jazeera menyebut keputusan tersebut tidak adil, dan merupakan upaya untuk membungkam jurnalis. Interpol menolak mengeluarkan surat perintah.
Pada tanggal 20 Juni 2015, Mansour ditangkap di Bandara Berlin Tegel dan ditahan oleh polisi Jerman atas permintaan pemerintah Mesir, memicu demonstrasi di Jerman hingga dia dibebaskan.
Reporters Without Borders menyebut penahanan Mansour sebagai “balas dendam Mesir yang mengerikan terhadap jurnalis yang melanggar rezim,” dan menyatakan bahwa Berlin mengancam akan menempatkan dirinya “untuk melayani rezim diktator.”
Mansour dibebaskan pada 22 Juni. Menurut Hans-Eduard Busemann dari Reuters , “Kasus Mansour telah menempatkan Jerman pada posisi yang canggung ketika mencoba menyeimbangkan kepentingan bisnis dan hak asasi manusia