““Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” ~ Al-Isra’ ayat 82_
NusantaraInsight, Makassar — Pengalaman di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) tidaklah menyenangkan, saat itu, saya berada di ambang kebimbangan; dokter menganjurkan pemasangan baterai untuk membantu kerja jantung saya. Namun, di dalam hati saya, terdapat keyakinan yang kuat akan mukjizat Al-Qur’an dan kekuatan sholawat. Dengan sepenuh hati, saya meminta kepada dokter melalui suami saya papa cul untuk jangan dulu dipasang, saya percaya bahwa ada jalan lain menuju kesembuhan keyakinan ini menggerakkan saya untuk tidak menyerah pada keadaan.
Selama di IGD PJT RSU Wahidin, pikiran saya hanya tertuju pada satu hal: cepat keluar biar bisa mengaji lagi saya tidak ingin alpa dalam mengaji karena mengaji telah menjadi bagian penting dalam hidup saya, bukan hanya sebagai rutinitas, saya percaya bahwa mengaji merupakan obat kesejahteraan jiwa dan pikiran juga bekal menuju akhirat dan penghubung saya dengan Sang Pencipta Allah SWT. Momen-momen tersebut mengisi hari-hari saya dengan semangat dan harapan untuk sembuh selama di IGD.
Saya tambah semangat untuk sembuh saat pak Maman guru mengaji saya ditemani bu Ana Hamid dan bu Hera datang jenguk saya di IGD pak Maman bilang sama saya “kuatkan hati ta’ pegang dada ta’ dan terus zikir dan sholawat dan minta di do’akan sama suami ta’ insya Allah segerah maki’ keluar dari tempat ini dan Kembali ke rumah dengan sehat” itu yang membuat saya semangat sekaligus obat bagi saya dengan kedatangan ibu-ibu dan pak guru.
Alhamdulillah 3 hari setelah keluar dari IGD bertepatan dengan jadwal rutin mengaji (malam senin) saya langsung ke rumah bu Ismi tempat biasa kami menagaji Bersama pak Maman yang setia mengajari kami mengaji kurang lebih 4 tahun berjalan. Meski tubuh saya masih lemas dan butuh pemulihan, keyakinan akan kekuatan mengaji menguatkan saya. Saya teringat pesan Pak Maman (guru mengaji kami) bahwa “Al-Qur’an diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang yang beriman.” dan “dengan mengingat Allah hati menjadi tenang dan damai” itu yang selalu dipesankan pak maman pada kami setiap kali kami mengaji, kata-kata itu selalu membekas dalam ingatan dan menjadi penguat jiwa.
Empat hari di IGD bukanlah waktu yang singkat. Selama itu, perasaan sesak dan kesulitan bernapas menyertai saya. saya merasakan sakit di bagian dada dan kondisi saya sangat lemah. Semua bermula ketika saya merasakan sakit dada yang tembus ke belakang. Saya pun mencoba berobat tradisional dengan mendatangi neneknya Lisa, saya diobati menggunakan daun srikaya dan kapur sirih.