Produk Domestik Bruto Triwulan II-2025

CNBC juga menilai Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang menunjukkan daya tahan ekonomi kuat di tengah tekanan global. Namun, sejumlah analis internasional mengingatkan bahwa masih ada tantangan dari indikator domestik.

Konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah dinilai belum pulih sepenuhnya, sementara investasi swasta cenderung menunggu arah kebijakan yang lebih jelas.

Reuters mencatat, kinerja ekonomi triwulan II ini melebihi survei mereka, dan VNA melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang 2,64 poin persentase terhadap PDB. Investasi, yang tercermin lewat PMTB, menyumbang 2,06 poin, sedangkan konsumsi pemerintah berkontribusi 0,22 poin.

Meski tampak positif, VNA menambahkan bahwa sejumlah indikator lain memperkuat keraguan terhadap capaian tersebut. PMI manufaktur yang konsisten di bawah level 50 sepanjang triwulan II menunjukkan sektor industri masih berada dalam fase kontraksi. Selain itu, penurunan penerimaan pajak konsumsi dan lesunya penjualan kendaraan menjadi sinyal lemahnya daya beli masyarakat

Kepada detikcom, Selasa (05/08), Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengatakan, “Pengumuman pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 penuh kejanggalan dan tanda tanya publik. Saya tidak percaya dengan data yang disampaikan mewakili kondisi ekonomi yang sebenarnya.”

BACA JUGA:  Tujuh Pengusaha Kuliner PC Muhammadiyah Manggala Ikuti Sertifikasi Produk

Nailul pun membeberkan 3 (tiga) kejanggalan dari data pertumbuhan ekonomi versi BPS:

*Pertama* , pertumbuhan ekonomi triwulan 2 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan yang ada moment ramadhan-lebaran terasa janggal. Hal ini dikarenakan tidak seperti tahun sebelumnya dimana pertumbuhan triwulanan paling tinggi merupakan triwulan dengan ada momen Ramadhan-Lebaran. triwulan I-2025 saja hanya tumbuh 4,87 persen, jadi cukup janggal ketika pertumbuhan triwulan II-2025 mencapai 5,12 persen.

*Kedua* , pertumbuhan industri pengolahan yang mencapai 5,68 persen (jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2025 tidak sejalan dengan Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur Indonesia yang di bawah 50 poin dalam waktu April-Juni 2025. Artinya perusahaan tidak melakukan ekspansi (tambahan produksi) secara signifikan. Selain itu, kondisi industri manufaktur juga tengah memburuk, dengan salah satu leading indikatornya adalah jumlah PHK yang meningkat 32 persen (YoY) selama periode Januari-Juni.

*Ketiga,* konsumsi rumah tangga (RT) hanya tumbuh 4,96 persen. Dengan sumbangan mencapai 50 persen dari PDB, nampak janggal karena pertumbuhan konsumsi RT triwulan 1 2025 hanya 4,95 persen tapi pertumbuhan ekonomi di angka 4,87 persen. Tidak ada momen yang membuat peningkatan konsumsi rumah tangga meningkat tajam. Indeks keyakinan konsumen (IKK) juga melemah dari Maret 2025 sebesar 121,1 turun menjadi 117,8 (Juni 2025). Apabila dikaitkan dengan PMTB yang meningkat 6,99 persen tapi PMI Manufaktur di bawah batas ekspansi.