Lewat Facebook itulah saya ditawari oleh saudara Ahmadin Umar dari Penerbit Rayhan untuk membukukan puisi-puisi yang kebanyakan sudah saya posting di dunia maya tersebut.
Tentu, atas kesediaannya itu, saya mengucapkan terima kasih.
Terima kasih kepada ibu saya, Kenna Daeng Bollo (almarhum), yang menanamkan pentingnya pendidikan bagi kami, anak-anaknya. Terima kasih kepada ayah saya, Tata Tompo (almarhum), yang saya anggap memiliki rasa bahasa yang baik.
Terima kasih juga kepada kakak sulung saya, Rusly Tompo, yang membukakan jalan untuk saya membaca puisi dari satu acara ke acara lain, dari satu panggung ke panggung lain ketika kami masih tinggal di Ambon.
Ucapan terima kasih selayaknya juga disampaikan kepada almarhum Ahyar Anwar yang sempat mendiskusikan “masa depan” puisi-puisi saya di Facebook. Hanya sejumput doa yang bisa saya selipkan baginya.
Terima kasih kepada sahabat saya Zairin “Embonk” Salampessy, yang menjadi teman diskusi sekaligus teman berkesenian saya selama di Ambon. Melalui sentuhan tangannya, cover buku ini terasa artistiknya.
Terima kasih kepada kakanda Yudhistira Sukatanya yang mengkritisi naskah buku ini begitu ia membacanya.
Terima kasih dan rasa bangga saya kepada para senior Dr Syahriar Tato, Asdar Muis RMS, dan Luna Vidya yang sudah bersedia membaca karya ini dan memberi komentar yang apresiatif.
Terima kasih untuk Yayasan BaKTI, teman-teman di LISAN dan LPA Sulsel, serta teman-teman di Ikatan Penulis Indonesia Makassar (IPIM). Juga untuk semua orang yang telah jadi teman diskusi, yang sudah memberi inspirasi, yang bisa menemukan sebuah nilai hakiki di balik teks puisi-puisi ini. (*)
Makassar, Juni 2014
*) Pengantar penulis untuk buku “TUHAN Tak Sedang Iseng”, karya Rusdin Tompo, penerbit Rayhan Intermedia, Makassar, 2014, dengan sedikit revisi