NusantaraInsight, Makassar — Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan saat menjalankan puasa ramadhan adalah niat.
Niat puasa merupakan syarat sahnya puasa dan merupakan salah satu rukun puasa. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai niat puasa Ramadhan sebulan penuh.

Menurut tiga mazhab selain Malikiyyah, diperlukan niat yang diulang setiap hari.
Namun, menurut Mazhab Malikiyyah, cukup menjamak niat puasa sebulan di malam pertama bulan Ramadhan. Hal ini berarti tidak perlu mengulangi niat setiap hari.
Niat puasa sebulan penuh KH A. Idris Marzuqi dalam kitab Sabil al-Huda menjelaskan lafaz niat puasa ramadhan sebulan penuh:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku niat berpuasa di sepanjang Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.”
Dewan Pembina Pesantren Raudlatul Qur’an, Geyongan Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, Ustadz M. Mubasysyarum Bih, menjelaskan bahwa meskipun mayoritas penduduk Indonesia mengikuti mazhab Syafi’i, dalam hal niat puasa sebulan penuh, mereka mengadopsi teori mazhab Maliki.
“Tetapi dalam kasus niat puasa sebulan ini mereka dibimbing oleh para kiai dan masyayikh untuk mengadopsi teorinya mazhab Maliki dalam praktik niat di awal Ramadhan,” ujar Ustadz Mubasysyarum dalam artikel di NU Online.
“Menurut tiga mazhab selain Malikiyyah, wajib mengulangi niat di setiap kali puasa. Sedangkan menurut pendapat Malikiyyah cukup untuk menjamak (mengumpulkan) niat puasa sebulan di malam pertama bulan Ramadhan. Mereka tidak mewajibkan mengulangi niat di hari berikutnya,” imbuhnya.
Dalil membaca niat puasa ramadhan sebulan penuh banyak masjid dan mushala saat malam pertama Ramadhan masyarakat dibimbing oleh para tokohnya untuk bersama-sama melaksanakan niat puasa sebulan versi mazhab Malikiyyah.
Namun demikian, tuntunan tersebut bukan berarti menyimpulkan tidak perlu niat di hari-hari berikutnya. Masyarakat tetap dibimbing untuk rutin melaksanakan niat puasa setiap hari.
Hal tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi bila mana di kemudian hari lupa niat, puasanya tetap sah dan bisa diteruskan, sebab dicukupkan dengan niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan.
KH A. Idris Marzuqi dalam Sabil al-Huda yang berisikan tentang himpunan wadhifah dan amaliyah menegaskan bahwa: “Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja.