Poster Film Bioskop dan Promosi Pertunjukan Teater

NusantaraInsight, Makassar — Poster film bioskop merupakan bagian tak terpisahkan dari industri perfilman. Kita bisa melihat film apa yang diputar hari ini, film akan datang, dan pertunjukkan tengah malam (midnight show) dari poster-poster yang dipajang, dalam ukuran besar di depan bioskop. Boleh dikata, poster film bioskop ini merupakan budaya populer yang pernah mewarnai pemandangan kota, termasuk Makassar, di masanya.

Kita dapat mengetahui jenis film yang diputar, misalnya drama, laga, komedi, atau horor, lengkap dengan aktor dan aktris pendukungnya. Asal filmnya juga bisa diketahui dari poster-poster itu, apakah film Hollywood, Mandarin (Hongkong), India (Bollywood), atau produksi dari negara lain. Poster-poster ini bahkan terkadang menampilkan gambar-gambar sensual, rada vulgar, dan provokatif.

Poster-poster itu memang sebagai bagian dari strategi promosi sebuah film. Tujuan semula poster film yang bersifat fungsional —untuk menampilkan jadwal dan lokasi penayangan film— lantas berbalut dengan kepentingan publikasi, sebagai daya tarik bagi penonton. Sehingga secara visual, poster film dibuat artistik oleh para seniman lukis yang punya spesialiasi untuk itu. Bahkan ada komunitasnya, bernama IPPFI (Ikatan Pelukis Poster Film se-Indonesia).

BACA JUGA:  BANJIR MENGUNDANG, ARSIP MELAYANG

“Pengerjaan poster film bioskop ini, dulu dilakukan di Makassar karena kalau langsung dikirim dari Jakarta, biayanya mahal,” terang AB Iwan Azis, dalam obrolan kami di Warkop Azzahrah, Jalan Abdullah Daeng Sirua, suatu hari.

Iwan Azis cukup memahami seluk-beluk perfilman dan perbioskopan di Makassar. Selain pernah menjadi aktor, beliau dahulu merupakan pengurus Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Sulawesi Selatan dan pernah aktif di organisasi Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GAPBSI) Sulawesi Selatan.

Dengan membuat sendiri poster-poster film bioskop yang akan diputar di Makassar, justru berdampak positif. Karena kemudian memunculkan seniman lukis spesial poster film, yang menuntut keahlian tertentu.

Pelukis posternya, kata Iwan Azis, menggunakan foto style, lalu dikreasikan agar punya daya tarik bagi masyarakat untuk datang ke bioskop. Foto-foto itu digabung, atau dimodifikasi. Padahal, bisa saja gambar yang terlihat di poster tidak ada dalam adegan filmnya.

“Kalau promo film dari Jakarta, yang dikirim itu hanya berupa poster film ukuran kecil untuk dipajang di etalase bioskop. Sedangkan, poster film ukuran besar dibuat dan dikembangkan di Makassar,” ungkap Iwan Azis.

BACA JUGA:  Donor Darah Telah Menjadi Bagian Dari Hidupku

Poster-poster film ini diorder oleh Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GAPBSI) Sulawesi Selatan. Poster-poster film tersebut bahkan dikirim ke daerah-daerah yang punya bioskop. Kalau sudah beberapa kali dipindah-pindahkan, dan dilipat-lipat, maka lukisan posternya akan pecah-pecah. Belum lagi terkena hujan dan panas. Akibatnya, pada bagian tertentu posternya terlihat tipis, serat-serat kainnya menonjol. Bahkan ada yang sudah bolong-bolong.