NusantaraInsight, Makassar — Dalam nuansa hangat dan penuh kekeluargaan, penarikan mahasiswa magang dari Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang digelar di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis, 3 Juli 2025, menjadi momen reflektif sekaligus emosional.
Dihadiri langsung oleh Kepala Balai Bahasa, Toha Machsum, M.Ag., beserta staf teknis, kegiatan ini bukan sekadar seremoni penutup, melainkan sebuah perayaan kecil atas persinggungan antara dunia akademik dan praktik kebahasaan yang sesungguhnya.
Suasana ruangan Balai terasa hangat oleh percakapan santun, tawa ringan, dan ekspresi bangga dari para pembimbing yang telah menyaksikan tumbuhnya ketekunan dan kecintaan mahasiswa terhadap dunia bahasa.
Dalam sambutannya, Toha Machsum menekankan pentingnya sinergi antara institusi pendidikan tinggi dan lembaga kebahasaan dalam menjaga warisan bahasa serta membentuk generasi baru yang peka terhadap dinamika budaya.
Ia menyampaikan apresiasi mendalam atas dedikasi para mahasiswa selama menjalani magang, sembari berharap pengalaman ini menjadi fondasi kokoh dalam perjalanan intelektual mereka ke depan. Momen perpisahan ini pun tak hanya menjadi akhir dari masa magang, tetapi juga awal dari relasi yang lebih luas dan penuh makna antara kampus dan Balai Bahasa, yang terus bersinergi demi kemajuan kebudayaan di Sulawesi Selatan.
Dr. Sandra Safitri Hanan, M.A.,staf teknis Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, menyampaikan kesan mendalam terhadap kehadiran para mahasiswa magang yang selama empat bulan terakhir ikut serta dalam dinamika kerja lembaga.
Ia menyebut para mahasiswa sebagai “benih-benih bahasa” yang tumbuh dengan gairah belajar dan semangat berkarya.
“Kami menyaksikan sendiri, mereka berempat tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga pelaku yang terlibat aktif dalam pelestarian dan pemajuan bahasa. Itu sesuatu yang membahagiakan,” ungkapnya dengan senyum penuh kehangatan.
Di tempat terpisah, Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Prof.Dr. Hj. Gusnawaty, M.Hum., menekankan bahwa kolaborasi seperti ini bukan sekadar praktik akademik semata, melainkan ruang pertemuan antara idealisme kampus dan kerja kebahasaan yang nyata.
Ia berharap agar hubungan ini terus diperkuat dalam jangka panjang, karena menurutnya, transformasi dunia kebahasaan ke depan membutuhkan generasi muda yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan budaya.
“Mereka datang sebagai mahasiswa, dan pulang membawa misi,” tutupnya lirih, seakan memberi restu atas perjalanan baru yang akan ditempuh para peserta magang tersebut.