Kalah Tapi Tetap Sombong

Oleh Aslam Katutu

NusantaraInsight, Makassar — Langit Tel Aviv belum pulih dari luka. Serpihan rudal masih bertebaran di tanah, gedung-gedung yang selama ini berdiri kokoh dengan sombongnya mulai retak dan terbakar. Sirine meraung semalaman. Malam-malam tak lagi sunyi, tapi penuh teriakan ketakutan, tangis anak-anak, dan desingan drone di udara.

Itu semua terjadi setelah Iran meluncurkan gelombang serangan balasan yang menghantam titik-titik strategis milik Israel. Dunia menyaksikan dengan terbelalak, bahwa negara yang selama ini tampak perkasa di atas penderitaan bangsa Palestina, ternyata juga bisa diguncang. Iran tak hanya membalas, tapi mempermalukan. Mereka tak menyerang warga sipil, tapi mengincar simbol-simbol kekuatan militer Israel—dan berhasil.

Namun, di tengah reruntuhan dan kepanikan nasional, muncul suara lantang dari podium.
” Israel telah mencapai kemenangan bersejarah yang akan dikenang beberapa generasi.”

Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa, setelah gencatan senjata yang ditengah oleh Amerika untuk mengakhiri konflik dengan Iran. Saya terbahak-bahak membaca pernyataan ini, Serasa inilah adalah lelucon terlucu yang pernah ada dimuka bumi ini.

BACA JUGA:  Postur APBN Akhir Februari 2025

Padahal baru beberapa jam Trump mengkritik secara terbuka kepada Israel karena melakukan serangan terhadap Iran, baik setelah pengumuman gencatan senjata maupun sebagai respon terhadap serangan tudal Iran setelah genjatan senjata berlaku. Kemenangan apa yang diumumkan Netanyahu?

Ucapan itu mengundang geleng kepala. Dunia melihat kenyataan, tapi Israel tetap memilih ilusi. Babak belur dijadikan bahan propaganda. Kelemahan dibungkus dengan narasi kehebatan. Kekalahan disulap menjadi kejayaan.

Sudah Tabiatnya

Dalam Al-Qur’an, Allah telah menggambarkan dengan sangat jelas sifat-sifat buruk sebagian orang Yahudi, terutama saat mereka mendustakan nabi-nabi dan menolak kebenaran meski telah melihat bukti nyata.

“Dan mereka berkata, ‘Hati kami tertutup.’ Tetapi sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.”
(QS. Al-Baqarah: 88)

Sombong adalah penyakit lama mereka. Bahkan ketika Nabi Musa membawa mukjizat, mereka tetap menuntut lebih. Ketika diberi mana dan salwa, mereka malah meminta bawang dan sayur. Ketika perjanjian Allah sudah diturunkan kepada mereka, mereka melanggarnya dengan terang-terangan.

BACA JUGA:  Produk Domestik Bruto Triwulan II-2025

Dan saat mereka diperingatkan oleh para nabi, mereka membunuhnya.
Sifat seperti ini terus diwariskan secara ideologis. Israel modern, terutama rezim Zionis, mewarisi kesombongan yang sama. Dalam perang 2025 ini, meskipun mereka diserang dan kewalahan, mereka tetap menggenggam narasi sebagai “korban yang menang”. Bahkan ketika gedung-gedung militer mereka hancur, mereka masih mengaku tak tersentuh.

br
br