Kampus Lorong K-Apel Tak Lahir dari Ruang Elit

NusantaraInsight, Makassar — Di lorong kecil bernama Daeng Jakking, Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, lahirlah sebuah gagasan besar yang tumbuh dari denyut kehidupan warga lorong yakni Kampus Lorong K-apel.

Ia bukan sebatas tempat belajar, bukan pula hanya sebatas ruang kegiatan sosial, tetapi menjadi wujud nyata dari impian yang telah lama disemai oleh Komunitas Anak Pelangi (K-apel).

Kampus Lorong K-apel lahir sebagai bagian tak terpisahkan dari program besar Komunikasi Anak Pelangi (K-apel), sebuah gerakan sosial yang digagas dan digerakkan oleh foundernya, Rahman Rumaday, pada tahun 2023. Di bawah naungan Komunitas Anak Pelangi (K-apel) yang telah 14 tahun mengabdi berbagi cinta dalam dunia literasi, seni, budaya, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat lorong, Kampus Lorong K-apel menjadi langkah baru untuk meluaskan jangkauan perjuangan tersebut.

Kampus Lorong K-apel hadir bukan dari ruang-ruang elite atau gedung tinggi di pusat kota, melainkan dari lorong-lorong yang selama ini dianggap sempit dan sunyi. Justru dari lorong-lah suara perubahan itu bergema.

BACA JUGA:  K-Apel Jajaki Kolaborasi PKM Bersama Fakultas Kedokteran Gigi UMI

Rahman Rumaday sebagai penggagas memilih “lorong” sebagai identitas kampus ini bukan tanpa alasan. Di sanalah denyut masyarakat paling jujur terasa, di situlah anak-anak tumbuh bersama realitas keras, dan di sanalah mimpi-mimpi besar butuh ruang untuk dipeluk.

Maka ketika pada tanggal 14 Agustus 2024 bertepatan dengan perayaan hari jadi Komunitas Anak Pelangi (K-apel) yang ke-14 Kampus Lorong K-apel pun resmi diluncurkan sebagai persembahan bagi masyarakat lorong, dan sebagai hadiah atas perjalanan panjang Komunitas Anak Pelangi (K-apel).

Kampus Lorong K-apel merupakan simbol pembebasan dari belenggu keterbatasan. Di Kampus Lorong K-apel, pendidikan tidak lagi terpaku pada sekat-sekat formalitas. Ia berjalan dengan bahasa yang dimengerti masyarakat, dengan pendekatan yang merangkul anak-anak, ibu-ibu, remaja, bahkan lansia.
Sebab, dalam filsafat K-apel, setiap manusia adalah pelajar dan setiap lorong adalah ruang kuliah kehidupan.

Kampus Lorong K-apel membumikan semangat “Bertindak Lokal, Berpikir Global,” menghadirkan kelas-kelas tanpa dinding, pelajaran tanpa kurikulum kaku, dan pengetahuan yang lahir dari interaksi sosial, budaya, dan pengalaman sehari-hari warga lorong.

BACA JUGA:  Matematika, Kebahagiaan yang Tersembunyi di Balik Angka

Melalui Kampus Lorong, K-apel ingin mengatakan bahwa kecerdasan bukanlah hak istimewa, tapi hak asasi. Bahwa lorong bukan tempat kegelapan, tetapi celah cahaya yang belum disadari banyak orang.