NusantaraInsight, Makassar — Komentator sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni mengatakan, Indonesia saat ini sedang berada pada fase transformasi sepak bola Indonesia. Menjalani suatu proses perbaikan setelah mengalami tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2023.
“Fase ini belum mencapai finis. Namun ‘track’ yang ditetapkan PSSI sudah cukup baik. Misalnya dari tata kelola kompetisi, tata kelola federasi, sudah baik. Kini berkurang berita-berita negatif tentang kompetisi, tentang tata kelola lembaga,” ujar M.Kusnaeni dalam diskusi “Tantangan Sepak Bola Indonesia” yang dilaksanakan RRI Makassar di Kafe Azzahrah RRI Makassar, Kamis (5/6/2025).
Selain M.Kusnaeni, pada diskusi itu juga tampil Syamsuddin Umar, mantan asisten pelatih nasional dan pelatih PSM, M.Dahlan Abubakar, wartawan senior, penulis, dan akademisi, dan Sadakati Sukma, Dewan Presidium Suporter Indonesia, dihadiri Kepala RRI Makassar Jaya Maulana Rukmantara dan sejumlah kepala bidang dan kepala bagian di RRI Makassar dan warga lainnya.
M.Kusnaeni menyebutkan, dalam hal federasi PSSI sudah memiliki tata kelola kompetisi dengan beberapa pilar. Pilar pertama, tim nasional. Pilar kedua, kompetisi. Tim nasional ada banyak. Ada U-17, U-23, juga ada timnas yang lain, seperti timnas “homeless” (mereka yang memiliki tempat tinggal). Ada juga timnas disabilitas, ada juga timnas perempuan. Liga amatir juga ada. Liga profesional adalah liga 1.
Pilar ketiga, komunitas sepak bola, tidak hanya suporter, juga ada orang tua pemain bola, ada sekolah sepak bola, dan juga ada pemerintah. Dari empat pilar itu, PSSI baru fokus pada dua pilar, yakn timnas dan liga. Pilar keempat belum digarap dengan baik.
“Banyak pemain nasional yang kita miliki, tidak pernah tahu “track record” sejak muda. Publik tidak pernah tahu bagaimana awal kariernya. Yacob Sayuri ketika masa mudanya dia bermain di mana? Pada usia 14 tahun bermain di mana?,” ujar komentator nasional kelahiran 11 September 1967 tersebut.
Kusnaeni yang menjabat Anggota Dewan Pengawas LPP RRI 2021-2026 itu mengatakan, para pemain PSM malah memiliki ‘track record” yang lebih jelas karena ada akademi PSM.
Tantangannya sekarang adalah sepak bola itu sekarang menjadi permainan yang global. Dimainkan pada seluruh benua. Pada saat yang bersamaan FIFA menginginkan sepak bola itu merata.
“Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana membangun pemain sepak bola usia dini yang bagus. Yang nantinya, bisa lebih bagus dengan mereka yang dihasilkan oleh kompetisi di luar negeri,” ungkap wartawan Majalah Sepak Bola yang mulai populer melalui penampilannya pada Piala Dunia 1994 di Stasiun SCTV.