Sport  

M. Kusnaeni: Indonesia sedang Alami Transformasi Sepak Bola

Berdasarkan teori, pembentukan otot yang ideal untuk pemain bola atau atlet muda umumnya disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisik dan usia mereka. Anak-anak (di bawah 12 tahun): Fokus utama pada usia ini adalah pengembangan keterampilan dasar sepak bola dan aktivitas fisik yang menyenangkan. Latihan kekuatan atau pembentukan otot sebaiknya tidak terlalu intensif dan harus diawasi oleh pelatih atau profesional yang berpengalaman untuk memastikan keselamatan dan perkembangan yang tepat.

Remaja awal (12-14 tahun): Pada usia ini, anak-anak mulai dapat melakukan latihan kekuatan ringan dengan pengawasan yang tepat. Fokusnya masih pada pengembangan keterampilan teknis dan taktis dalam sepak bola, serta membangun dasar kekuatan dan stamina.

Remaja akhir (15-18 tahun): Pada usia ini, remaja dapat mulai melakukan latihan kekuatan yang lebih terstruktur dan intensif di bawah bimbingan pelatih kekuatan dan pengawas yang berpengalaman. Pembentukan otot dapat menjadi bagian dari program latihan mereka, tetapi harus seimbang dengan pemulihan yang cukup dan nutrisi yang tepat.

Dewasa muda (18 tahun ke atas): Pada usia ini, otot dapat dibentuk dengan lebih intensif melalui latihan kekuatan yang terstruktur dan terprogram.

BACA JUGA:  Nantikan, Timnas Indonesia vs Laos

Pemain bola dapat fokus pada peningkatan kekuatan, kecepatan, dan stamina mereka melalui latihan yang spesifik dan terarah.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu berkembang dengan kecepatan yang berbeda, dan program latihan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan masing-masing pemain. Selain itu, nutrisi yang tepat dan pemulihan yang cukup juga sangat penting dalam proses pembentukan otot yang sehat dan efektif. Konsultasi dengan pelatih, ahli gizi, atau profesional kesehatan sangat disarankan untuk merancang program latihan yang sesuai.

“Pengembangan dan latihan fisik itu bisa dilakukan setelah otot pemain sudah terbentuk. Karena kurangnya pembinaan usia muda yang baik, maka jarang juga ada pelatih usia muda. Banyak pemain yang menjadi pelatih, jarang yang melewati pembinaan usia muda. Kebanyakan mereka bermain berdasarkan pengalaman dari kampung,” ujar Kusnaeni.

Memang kompetisi usia muda itu ironis. Masalahnya, kompetisi usia muda belum mampu mengundang sponsor dan tidak begitu menarik dari segi promosi bisnis perusahaan. Kecuali mungkin, di Jakarta ada yang sponsor. Jadi yang membantu pembinaan dan kompetisi usia muda itu adalah PSSI, termasuk pemasukan dari tim nasional digunakan untuk menyubsidi tim usia muda.

BACA JUGA:  Xavi Pergi, Hansi Flick Resmi Latih Barcelona

“PSSI harus membantu membiayai Asosiasi Provinsi PSSI. Begitu pun Asprov harus menyubsidi Askot dan Askab,” ujar Kusnaeni.