NusantaraInsight, Makassar –Banyak kisah menarik dari perbincangan dengan Ahmad Karim, orang Sulawesi Selatan pertama yang menyandang wasit FIFA, pada tanggal 19 April 2013 di kediamannya di Bantaeng.
Ahmad Karim memang sedikit beruntung. Modal bahasa Inggrisnya, sedikit menolong ‘’tidak nyasar’ atau dapat ‘’dijual’’ karena ketidakmengertian terhadap bahasa asing itu.
Dia yakin ketika banyak teman yang tidak lulus pada ujian wasit FIFA, pasti terbentur pada masalah bahasa Inggris yang kurang memadai.
Memimpin kesebelasan asing di Jakarta sudah tidak terhitung dengan jari dia lakukan. Juga, sudah banyak catatan dan dokumen yang tentu saja kini berserakan entah di mana. Tetapi dia masih sempat mengingat beberapa kesebelasan yang pernah dia pimpin di stadion kebanggaan Indonesia itu, Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Misalnya, kesebelasan Grasshopper dari Swedia. Kesebelasan ini setelah dilacak di media maya, kini juga namanya digunakan sebagai nama kesebelasan di Switzerland dan aktif mengikuti kompetisi yang dilaksanakan Uni European Football Assosiation (UEFA) – Asosiasi Sepak bola Uni Eropa.
Di samping itu, ada kesebelasan luar negeri yang bertandang ke Indonesia, misalnya dari Bulgaria, Yugoslavia (pelatih Indonesia 1954-1964, Tony Pogacnik adalah pemain nasional Yugoslavia, 1937, dan Kroasia –1941. Dia juga pernah melatih Grasshopper Zurich. Lahir di Sarajevo, Austria-Hongaria 1913, Tony meninggal dunia tahun 1969 di Bali, Indonesia, tempat tinggalnya setelah menjadi warganegara Indonesia). Ahmad Karim juga memimpin pertandingan kesebelasan Australia.
Ada juga kesebelasan Aalborg dari Denmark. Aalborg tidak saja digunakan sebagai nama kesebelasan sepak bola, tetapi juga sebagai nama perusahaan real estat (real estate), peta, kehidupan malam, populasi, universitas, geneologi, dan zona waktu.
“Ngomong-ngomong mengenai kesebelasan Aalborg ini, saya menyimpan kesan yang lucu dan menarik terhadap salah seorang pemainnya. Sebelum pulang kembali ke negaranya, kesebelasan itu ingin main di luar Jakarta. Saya pun membawa tim itu ke Palu. Ada seorang pemainnya, ketika berlangsung acara ramah tamah, rupanya jatuh hati dengan seorang penyanyi di Palu. Wah, repot juga jadinya. Besok pagi, saat sudah mau berangkat ke bandara, dia tidak mau tinggalkan hotel sebelum bertemu dengan perempuan yang menyanyi pada malam sebelumnya,” kenang Ahmad Karim.
Dia ngotot tetap mau bertemu dengan perempuan tersebut.. Akhirnya, dicari. Yang penting asal dia berjabat tangan dengan perempuan tersebut. Akhirnya si Denmark itu pun dikawal pergi mencari si penyanyi yang telah membuat hatinya terpaut itu. Bertemu, akhirnya. Setelah berjabat tangan, dia mau menuju bandara. Ada-ada saja si bule itu! (mda).