Tradisi dan Menu Berbuka Puasa di Benua Afrika

Benua Afrika
Kefta Tajine makanan khas berbuka puasa di Maroko

NusantaraInsight, Makassar — Setiap daerah memiliki keunikan dan keanekaragaman tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadan. Demikian pula di benua Afrika memiliki tradisi sendiri dalam berbuka puasa.

Berikut ini ulasan tradisi berbuka puasa di benua Afrika :

Tradisi Berbuka Puasa di Benua Afrika

Benua Afrika memiliki kekayaan budaya yang beragam, termasuk dalam tradisi berbuka puasa. Setiap tahun, umat Muslim di seluruh Afrika menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Selama bulan suci ini, mereka menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, ketika waktu berbuka tiba, mereka merayakan momen ini dengan berbagai tradisi yang unik dan menarik.

Salah satu tradisi berbuka puasa yang populer di Benua Afrika adalah dengan memulai makan dengan kurma. Kurma dianggap sebagai makanan yang paling disukai oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi simbol keberkahan. Di banyak negara Afrika, seperti Maroko, Mesir, dan Sudan, kurma menjadi hidangan wajib saat berbuka puasa. Biasanya, kurma disajikan bersama dengan segelas air putih atau susu untuk mengembalikan energi yang hilang selama berpuasa.

BACA JUGA:  Sedekah Dongeng: Menginspirasi Kebaikan Melalui Cerita di Bulan Suci Ramadhan

Selain kurma, hidangan lain yang sering ditemui saat berbuka puasa di Afrika adalah sup. Sup ini biasanya terbuat dari bahan-bahan segar seperti sayuran, daging, atau ikan. Di beberapa negara seperti Nigeria dan Senegal, sup yang terkenal adalah sup kacang merah atau sup kacang hijau. Sup ini dianggap sebagai hidangan yang menghangatkan tubuh setelah seharian menahan lapar dan haus.

Selain hidangan utama, hidangan penutup juga menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi berbuka puasa di Afrika. Salah satu hidangan penutup yang populer adalah kue kering atau kue tradisional yang disebut dengan nama yang berbeda di setiap negara. Misalnya, di Maroko, mereka memiliki kue kering yang disebut “Ghoriba” yang terbuat dari kacang almond dan gula. Di Sudan, mereka memiliki kue tradisional yang disebut “Basbousa” yang terbuat dari semolina dan diberi sirup manis di atasnya. Hidangan penutup ini menjadi pemanis setelah menyantap hidangan utama.

Selain hidangan, tradisi berbuka puasa di Afrika juga melibatkan kegiatan sosial yang melibatkan keluarga dan teman-teman. Setelah berbuka puasa, umat Muslim di Afrika sering mengadakan acara makan malam bersama keluarga dan teman-teman. Mereka berkumpul di rumah atau di masjid untuk berbagi hidangan dan berdoa bersama. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di antara umat Muslim di Afrika.

BACA JUGA:  Minta ma Hangus-hangus na

Selain itu, di beberapa negara Afrika, terdapat tradisi berbuka puasa yang melibatkan pemberian makanan kepada orang yang kurang mampu. Umat Muslim di Afrika sering menyumbangkan makanan kepada mereka yang membutuhkan, seperti anak yatim, orang tua, atau pengungsi. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kepedulian dan kebersamaan dalam berbagi rezeki dengan sesama.

Dalam kesimpulannya, tradisi berbuka puasa di Benua Afrika memiliki keunikan dan kekayaan budaya yang luar biasa. Dari hidangan utama seperti kurma dan sup, hingga hidangan penutup yang lezat, tradisi ini tidak hanya tentang makanan, tetapi juga tentang kebersamaan dan kepedulian sosial. Melalui tradisi ini, umat Muslim di Afrika menjalin ikatan yang kuat dengan keluarga, teman-teman, dan masyarakat sekitar. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Muslim di Benua Afrika.