Dalam kisahnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Busyiri, sang pengarang Maulid Burdah, mengalami kelumpuhan sangat, dan nampak tidak ada lagi jalan sembuh. Ditengah menunggu takdir kematian, sang penyair menggubah pujian-pujian dan shalawat kepada kekasihNya, Muhammad SAW. Pada goresan bait terakhir dari Qasidahnya, sang Imam karena lelah, lalu tertidur. Dalam tidur itu, beliau didatangi sang kekasih yang dicintainya, Muhammad SAW. Rasulullah SAW, mengusap tangan dan tubuhnya yang tertimpah kelumpuhan, lalu mengenakan kepadanya Burdah (jubah kebesaran khalifah). Terbangun dari tidur, dengan seluruh keajibanNya, sang penyair mendapati seluruh tubuhnya pulih kembali.
Dengan perantara cinta kepada manusia paling mulia dan paling dekat denganNya ini, doa-doa dan harapan sembuh, dikabulkan olehNya, dengan begitu mudah.
Demikianlah keberadaan kitab-kitab ‘sastra’ maulid, yang ada dalam masyarakat Muslim. Yang dibaca setiap waktu dalam 12 kali putaran purnama, dalam merayakan kelahiran agung mahluk surgawi Muhammad SAW, menjadi wasilah bagi harapan-harapan baik dan cita-cita mulia bagi ummat Muhammad SAW, di dunia dan akhirat.
SM, Rabiul Awwal 1446 H.